Al Qaeda Kuasai Bandara di Yaman

Al Qaeda kembali memanfaatkan kekacauan di Yaman akibat pertempuran pasukan koalisi melawan pemberontak Houthi.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Apr 2015, 07:46 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2015, 07:46 WIB
Yaman Kian Panas, PBB Pulangkan Sisa Staf Internasional
Pemberontak Houthi memeriksa lokasi serangan udara Saudi di kota Saada (30/3). Situasi Yaman yang memburuk memaksa PBB menarik seluruh staf internasionalnya dari sana. (Reuters/VOA News)

Liputan6.com, Sanaa - Kekacauan akibat pertempuran pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang membantu tentara Yaman melawan pemberontak Houthi, ternyata kembali dimanfaatkan oleh militan Al Qaeda. Para milisi dari Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP), bahkan saat ini menguasai sebuah bandara di Yaman selatan,

"Pasukan yang menguasai daerah di kota pelabuhan besar Mukalla, di Provinsi Hadramawt, telah melarikan diri," kata seorang pejabat, seperti dikutip dari BBC, Jumat (17/4/2015).

AQAP menggunakan kekacauan di negara itu dengan menyerbu Mukalla pada awal bulan ini dan membebaskan para tahanan di penjara.

Ketika itu pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi sibuk mengebom pemberontak Houthi Syiah, yang bergerak maju untuk menguasai lebih banyak wilayah di negara itu. Houthi memasuki ibukota Yaman, Sanaa, pada September tahun lalu, sehingga memaksa Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi melarikan diri ke luar negeri.

Saat ini milisi AQAP juga dilaporkan menguasai sebuah pelabuhan laut dan terminal minyak di Yaman selatan.

Sementara gempuran pihak koalisi berlanjut terhadap kelompok Houthi, Wakil Presiden Yaman Khaled Bahah mengatakan pihaknya tidak menginginkan serangan darat pimpinan Saudi.

Memang muncul spekulasi operasi darat akan dilancarkan. Sebab hingga kini berbagai aksi tidak berhasil menghentikan para pemberontak.

Sebelumnya, Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Yaman, Jamal Benomar, mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran diri sang utusan setelah muncul kecaman lantaran kegagalannya menjadi penengah upaya mengakhiri konflik di negara tersebut. (Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya