Liputan6.com, Dubuque - Donald Trump kembali membuat jengkel pewarta berita. Setelah Megyn Kelly, salah satu pembawa acara di debat perdana partai Republik di stasiun TV Fox menjadi sasarannya.
Kali ini, ia kembali berulah dengan menolak menjawab pertanyaan wartawan senior terkenal keturunan Meksiko, Jorge Ramos. Kala itu tengah dalam sebuah sesi tanya jawab di Dubuque, Iowa AS.
Jorge Ramos adalah pembawa acara terkenal untuk Univision, jaringan televisi hispanik terbesar di Amerika Serikat.
Advertisement
Univison sendiri adalah salah satu jaringan TV terbesar di AS yang menyiarkan program berbahasa Spanyol dan Inggris. Jaringan televisi ini pula lah yang mengakhiri kontrak dengan Trump sebagai pembawa acara 'The Apprentice' dan acara 'Miss America', saat ia memulai kontroversi ketidaksukaannya kepada imigran dari Meksiko.
"Permisi," kata Donald Trump saat ia melihat Jorge Ramos berdiri dan mengangkat tangan.
"Duduk. Kamu tidak dipanggil. Duduk," suruh Donald Trump yang sedang berdiri di podium, seperti dikutip dari Sidney Morning Herald, Rabu (26/8/2015)
Ramos tak kalah sengitnya membalas Donald Trump. "Saya wartawan, saya imigran, dan saya penduduk senior," ujar Ramos. "Dan saya berhak bertanya."
Seperti biasa, Trump membalas dengan arogan kepada wartawan yang pernah mendapatkan julukan sebagai 'Orang Paling Berpengaruh di Dunia' versi majalah Time pada tahun 2015. "Balik saja kamu kepada Univison," kata Trump seraya memberi sinyal kepada seorang penjaga keamanan untuk mengusir Ramos.
Tak berapa lama kemudian, Ramos diperbolehkan masuk dan perdebatan antara sang wartawan senior dengan Trump berlanjut.
"Ini yang jadi masalah di rencana imigrasi Anda. Penuh dengan janji kosong," kata Ramos setelah Trump melontarkan pernyataan bahwa Ramos orang yang sangat emosional.
Donald Trump yang merupakan calon kandidat Republikan beberapa waktu lalu juga menuai kontroversi, dalam kampanye terakhirnya soal naturalisasi kewarganegaraan imigran di Amerika. Sebab ia berjanji mengubah undang-undang naturalisasi kewarganegaraan. Termasuk mendeportasi 11 juta imigran tanpa dokumen yang jelas dan berhenti memberikan naturalisasi kewargarnegaraan bagi anak-anak mereka.
Hal ini tentu membuat sebagian banyak orang --terutama para imigran-- protes.
Namun, Trump mengklaim bahwa rencana itu sangat mudah dan sederhana. Ia juga mengingatkan Ramos bahwa dirinya telah meminta ganti rugi kepada Univison sebesar US$500 juta atas pemecatannya.
"Saya punya hati lebih luas dari Anda," tuding Trump kepada Ramos.
Grand Old Party (GOP) atau nama lain Partai Republik pun ketar-ketir dengan kampanye yang mereka anggap di luar kontrol ini. Masalahnya, GOP tidak bisa membendung kampanye 'Trump' yang kontroversial ini, terutama perolehan suaranya yang semakin meningkat.
Sebelumnya, sebuah polling menujukkan suara Trump tiga kali lebih besar dari saingan di bawahnya. Jajak pendapat dari Public Policy Polling itu mengatakan perolehan suara mencapai 35%. Sebuah angka yang tidak bisa dipandang sebelah. Sementara itu, peringkat kedua diikuti oleh Gubernur Ohio, John Kasich sebesar 11%.
Partai berlambang gajah ini sebenarnya mengharapkan Jeb Bush untuk memimpin suara. Tapi ia hanya memperoleh angka 7%. Padahal di awal kampanyenya, adik bungsu Bush Jr ini memperoleh suara 12%. (Rie/Tnt)