2 Bulan Jelang Pemilu, Myanmar Mulai Kampanye

Suu Kyi mencalonkan diri untuk masuk parlemen, meski secara konstitusional ia dilarang menjadi presiden.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Sep 2015, 18:14 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2015, 18:14 WIB
20150906- Aung San Suu Kyi-Myanmar
Calon Presiden Myanmar, Aung San Suu Kyi memberikan pidato di Ho Pone, Myanmar, Minggu (6/9/2015). Keinginan Aung untuk menjadi presiden akan terganjal oleh UU yang melarang calon presiden memiliki pasangan warga negara asing. (AFP Photo/Ye Aung)

Liputan6.com, Myanmar - Para calon presiden di Myanmar mulai kampanye, 2 bulan menjelang pemilihan umum pertama secara terbuka yang terjadi setelah 25 tahun vakum. National League for Democracy (NLD) atau Partai Liga Nasional untuk Demokrasi Aung San Suu Kyi diperkirakan akan memenangkan kursi terbanyak, sementara rivalnya, partai yang didukung militer yang berkuasa terjepit.

Aung Suu Kyi mencalonkan diri untuk masuk parlemen, meski secara konstitusional ia dilarang menjadi presiden. 

Lebih dari 90 partai akan mengambil bagian dalam jajak pendapat pertama sejak pemerintah sipil pada tahun 2011. Pelaksanaan pemilu itu diumumkan langsung oleh Pemerintah Myanmar, rencananya akan digelar pada 8 November 2015.

Dalam pesan video yang dirilis pada halaman Facebook partainya, pemenang Nobel Perdamaian menyerukan pemilihan yang bebas dan adil.

"Untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, rakyat memiliki kesempatan atas perubahan nyata. Ini adalah kesempatan nyata, jangan lewatkan," kata Suu Kyi seperti dikutip dari BBC, Selasa (8/9/2015).

"Sebuah transisi yang mulus dan tenang hampir lebih penting daripada pemilihan yang bebas dan adil," tambah Suu Kyi menyoroti kekhawatiran pihak militer mungkin tidak menghormati hasil pemilu.

Pihak militer Myanmar yang juga dikenal sebagai Burma, memiliki jatah setidaknya 25% dari kursi parlemen. Sehingga NLD dan setiap sekutu harus menang setidaknya dua pertiga dari sisa kursi untuk memilih presiden berikutnya.

Bahkan jika NLD tidak memenangkan mayoritas parlemen, militer masih menjamin hak veto atas setiap perubahan konstitusi dan pemimpin mereka yang akan mengontrol.

Terakhir kali partai Suu Kyi ikut dalam pemilihan nasional pada tahun 1990, mereka menang dengan telak. Tapi hasilnya diabaikan oleh militer, berujung pada Suu Kyi menjalani tahanan rumah selama 15 tahun.

NLD memboikot pemilu nasional berikutnya di tahun 2010, yang dimenangkan oleh yang berkuasa Union Solidarity and Development Party (USDP), meskipun mereka dituduh curang. Tapi seminggu setelah itu, Suu Kyi dibebaskan dan partainya kembali ikut pemilu pada 2012, memenangkan 43 dari 44 kursi yang diperebutkan, termasuk jatahnya sendiri.

Kampanye ini dimulai kurang dari sebulan setelah calon presiden utama dan lawan Presiden Thein Sein, ketua parlemen yang kuat Shwe Mann, dicopot dari jabatan sebagai pemimpin partai USDP.

Pemecatannya dipandang sebagai langkah oleh Thein Sein untuk memperketat cengkeraman politik, menjelang pemungutan suara.

(Tnt/Rie)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya