Liputan6.com, Yangon - Tanggal 8 November 2015 akan menjadi hari paling bersejarah bagi Myanmar. Mereka akan melakukan pemilu pertama kalinya setelah 25 tahun keran demokrasi ditutup.
Seperti dikutip dari BBC, Kamis (9/7/2015), tanggal pelaksanaan pemilu itu diumumkan langsung oleh Pemerintah Myanmar.Â
Baca Juga
Saat Pemilu 1990, Aung San Suu Kyi memenangkan pemilu, namun junta tidak memperdulikan hasilnya dan tetap melanjutkan pemerintahannya. Pemilu merupakan salah satu langkah penting bagi proses demokrasi di Myanmar.
Advertisement
Reformasi di Myanmar telah dimulai pada 2010 saat junta militer diganti dengan pemerintah sipil. Namun, demokrasi belum sepenuhnya pulih karena masih diperintah oleh sebagian militer.
Tercatat, 84 partai akan berpartisipasi dalam pemilu kali ini dan seperempat dari 664 kursi akan diberikan ke militer. Presiden akan dipilih oleh parlemen setelah pemilu.
Namun, berdasarkan konstitusi Myanmar, Suu Kyi kemungkinan tidak bisa menjadi presiden karena almarhum suami dan kedua anak laki-lakinya berkewarganegaraan Inggris. Dua minggu lalu, parlemen memutuskan untuk mengubah peraturan ini dengan tetap memberi hak veto kepada militer.
Suu Kyi sendiri sudah memulai kampanye pribadi dari pintu ke pintu sejak Sabtu lalu di Yangon. Ia mengisyaratkan akan kembali mencalonkan diri jadi presiden. (Rie/Mut)