Liputan6.com, Guatemala City - Mantan pelawak televisi Jimmy Morales, yang nyaris tidak punya pengalaman dalam pemerintahan, memenangkan pemilihan umum Presiden di Guatemala, Minggu 25 Oktober 2015. Morales terpilih menjadi presiden, setelah skandal korupsi berhasil menjatuhkan presiden sebelumnya.
Kantor pusat Nasional Convergence Front (FCN), partai yang mengusung komedian itu diwarnai dengan perayaan penuh sukacita.
Baca Juga
Morales mendapatkan 67 persen suara. Sementara lawannya, mantan first Lady Sandra Torres hanya mendapatkan 31 persen. Total surat suara terhitung mencapai 93 persen. Hal itu memastikan bahwa pria berusia 46 tahun bakal memimpin Guatemala untuk empat tahun ke depan.
Advertisement
"Guatemala memiliki masalah serius. Namun, rakyat telah menyuarakan pilihannya. Kami menghormati itu, dan berharap kesuksesan untuk Morales," kata Sandra Torres setelah mengetahui kekalahannya, seperti dikutip dari CNN, Senin (26/10/2015). Perempuan berusia 59 tahun ini adalah mantan first lady dari 2008 hingga 2011. Ia bercerai dengan suaminya, Alvaro Colom sebagai orang nomor satu di Guatemala menjelang masa jabatannya berkahir pada 2011.
"Kami memiliki tanggung jawab yang besar. Mandat yang saya terima adalah untuk memerangi korupsi," ujar Morales sesaat mengetahui perolehan suaranya memastikan ia akan jadi presiden.
Kendati banyak yang meragukan kinerjanya, Morales mempunyai jawaban jitu.
"Saya ditanya, apakah saya punya kapasitas untuk memimpin. Saya jawab jujur, tidak. Tapi dengan restu Tuhan dan dukungan dari rakyat, saya jawab saya bisa. Karena Guatemala telah memilih untuk berubah," ujar Morales lagi.
Pemilu ini digelar setelah Perez Molina dituding terlibat dalam skandal korupsi yang membuat patah hati pemerintah, dan menjerumuskan negara dalam kekacuan beberapa hari sebelum pemilihan nasional.
Ribuan pengunjuk rasa membanjiri jalan-jalan ibu kota, Guatemala City, dan kota-kota lain dalam beberapa pekan terakhir menyerukan Perez, seorang pensiunan jenderal berusia 64 tahun itu untuk berhenti.
Parlemen Guatemala menyatakan sepakat mencabut hak kekebalan hukum yang selama ini melindungi Presiden Otto Perez Molina. Pencabutan hal itu membuka jalan untuk menyelidiki skandal korupsi yang diduga melibatkan presiden yang memicu protes besar-besaran dalam beberapa bulan terakhir.
Selain skandal korupsi, negeri ini juga telah habis dilanda tanah longsor yang mematikan. Dilaporkan 271 orang tewas akibat bencana itu.
Pemilu pada Minggu 25 Oktober lalu adalah pemilihan ke-9 setelah negeri Amerika Tengah itu kembali ke demokrasi sehabis 36 tahun perang sipil yang akhirnya berakhir pada 1996. (Rie/Mut)*