Liputan6.com, Vatikan - Paus Fransiskus mengutuk kebocoran dokumen rahasia Vatikan sebagai kejahatan tercela, namun ia menegaskan hal itu tidak akan mengalihkan perhatiannya terhadap upaya reformasi Tahta Suci.
Kebocoran tersebut merupakan skandal internal terbesar yang menyerang kepausan Fransiskus dan mengingatkan publik akan kehebohan "Vatileaks" yang terjadi sebelum pengunduran diri Paus Benediktus pada 2013. Media Italia menjuluki kebocoran dokumen terbaru itu sebagai "Vatileaks II".
Dalam pernyataannya kepada publik terkait kebocoran dokumen yang mengakibatkan 2 tersangka pemberi dokumen ditahan pada pekan lalu, Paus meminta umat beriman terus berdoa demi kebaikan Gereja.
"Saya ingin memberitahukan kepada Anda bahwa fakta menyedihkan ini tidak akan mengalihkan perhatian saya, untuk melanjutkan upaya reformasi yang mengalami kemajuan dengan bantuan para pembantu saya dan dukungan Anda semua," ujar Paus kepada puluhan ribu anggota umat di Lapangan Santo Petrus dalam homilinya pada misa Minggu (8/11/2015).
Minggu lalu, Vatikan menahan 2 orang --seorang pejabat tinggi Tahta Suci dan satu perempuan Italia yang bekerja di bidang kehumasan-- yang diduga membocorkan dokumen kepada para penulis dua buku baru.
Keduanya merupakan anggota komite, yang dibentuk Paus beberapa bulan setelah pemilihannya pada Maret 2013, untuk menjadi penasihatnya di bidang reformasi keuangan dan administrasi di Tahta Suci.
"Mencuri dokumen-dokumen itu adalah kejahatan, sebuah tindakan tercela yang tidak akan membantu," kata Paus. Dia menambahkan, tidak perlu membocorkan semua dokumen tersebut karena perubahan sedang berlangsung.
Baca Juga
Membuahkan Hasil
"Saya sendiri yang menugaskan penelitian itu. Saya dan para pembantu saya mengetahui seluruh dokumen sudah siap dan langkah-langkah yang diambil mulai membuahkan hasil," kata Paus.
Komite tersebut menyelesaikan pekerjaan mereka tahun lalu dan menyerahkan laporan kepada Paus, yang kemudian membuat perubahan dalam administrasi Vatikan. Termasuk pembentukan kementerian ekonomi baru dan peningkatan peran pengatur keuangan Vatikan.
Vatikan menyatakan tindakan pembocoran dokumen rahasia tersebut dianggap sebagai pengkhianatan serius, terhadap kepercayaan yang diberikan Paus. Peristiwa ini merupakan ketiga kalinya dalam setahun ini, saat Vatikan menghadapi kasus kebocoran.
Pada Juni, ensiklik Paus tentang lingkungan bocor sebelum publikasi. Oktober lalu, surat pribadi dari 13 kardinal konservatif yang berisi keluhan tentang pertemuan uskup-uskup yang membahas isu-isu keluarga itu, bocor dan kemudian diterbitkan oleh majalah Italia.
Beberapa pengamat Italia mengatakan, kebocoran yang dikombinasikan dengan laporan palsu dalam koran Italia --bahwa Paus memiliki tumor otak, merupakan bagian dari gerakan kelompok konservatif untuk melemahkan Paus dengan menunjukkan bahwa ia tidak bisa mengendalikan 1,2 miliar anggota Gereja Katolik.
Penahanan minggu lalu merupakan yang pertama kalinya di Vatikan sejak Paolo Gabriel, pelayan Paus Benediktus yang juga ditahan pada 2012 karena mencuri dokumen dari meja kerja Paus.
Di antara buku yang diterbitkan minggu lalu merupakan karya jurnalis Italia, Gianluigi Nuzzi, yang bukunya berjudul "Dia yang Kudus" (2012) didasarkan pada dokumen-dokumen dari Gabriele. (Ant/Rmn/Dan)