Liputan6.com, Paris - Para pemimpin muslim Prancis berkumpul di luar gedung konser Bataclan, Kota Paris, Minggu waktu setempat, untuk menghormati 89 orang yang meninggal di sana dalam serangan paling berdarah pada Jumat malam waktu setempat.
Mereka membawa mawar putih, yang diletakkan di tengah ratusan lilin dan karangan bunga yang ditinggalkan warga Paris dalam acara solidaritas antar-umat beragama yang diprakarsai Komunitas Yahudi Kota Paris.
Pesan dan simbolisme itu sangat jelas, 4 orang bersenjata yang menyerbu Bataclan pada Jumat malam dan membunuh puluhan orang, mungkin telah mengaku membunuh atas nama Negara Islam, tapi tindakan mereka tidak ada hubungannya dengan Islam.
Advertisement
"Setiap orang yang menggunakan pidato kebencian tidak memiliki tempat di Prancis. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk menutup tempat-tempat ini dari kebencian," kata Chalghoumi, Presiden Konferensi Para Imam Prancis yang berada di tengah kerumunan massa, seperti dikutip Guardian, Senin (16/11/2015).
"Ini saatnya untuk mengatakan tidak terhadap kebiadaban ini," imbuh dia.
Sebelumnya, Imam Bordeaux, Tarek Oubrou mengatakan kepada Le Journal du Dimanche bahwa dari sudut pandang agama, posisi Islam sangat jelas dalam teror Paris karena telah melanggar dari sisi etika, hukum dan teologis.
"Etis karena tidak ada moralitas memungkinkan untuk pembunuhan orang tak bersalah, hukum karena tindakan ini tidak menghormati perang seperti yang ditetapkan dalam tradisi Islam dan teologi karena pelaku bom bunuh diri ini yakin mereka akan ke surga ketika mereka benar-benar menemukan diri mereka dalam risiko masuk neraka," jelas Oubrou.
Dia menambahkan bahwa komunikasi dari lembaga muslim bagaimanapun tidak cukup. Harus ada ketegasan untuk menolak cara-cara yang diperlihatkan seperti dalam teror Paris.
"Muslim juga harus menunjukkan untuk mengatakan stop. Untuk mengatakan bahwa kita tidak menerima tindakan ini dilakukan atas nama agama kami," tegas dia. (Ado/Nda)