Liputan6.com, Hong Kong - Peserta Miss World ditolak masuk Tiongkok, negara tempat kontes kecantikan wanita sejagad itu digelar.
Anastasia Lin, peserta Miss World mewakili Kanada dalam kontes kecantikan di Sanya, Provinsi Hainan-- teradang di Hong Kong karena mendapat larangan masuk ke wilayah daratan oleh pihak yang berwenang.
Dilansir Shanghaiist, Jumat (27/11/2015), wanita itu mencurahkan isi hatinya melalui Facebook-- mengisahkan kedatangannya di Hong Kong pukul 6 kemarin dalam perjalannya ke Sanya.
Advertisement
Tak seperti peserta lainnya, Lin selalu gagal mendapatkan visa dari Tiongkok walaupun sudah mencoba berkali-kali tanpa alasan yang jelas. Lin mengungkapkan penolakan dirinya disebabkan kegiatan HAM yang ditekuninya serta status sebagai pengikut Falun Gong. Ketika batas waktu perlombaan mendekat, Lin masih belum mendapatkan visa dan ia tak mempermasalahkannya.
Optimis karena warga negara Kanada bisa mendapatkan visa pada saat kedatangan di Sanya, tak gentar ia mendatangi Provinsi Hainan melalui Hong Kong.
Namun, upayanya kandas dan ia dilarang masuk pesawat terbang ke Hong Kong-- tanpa memberikan alasan mengapa visanya ditolak. Atas kejadian itu, Lin berencana untuk melakukan konferensi pers di Hong Kong pada Jumat pukul 10.00 pagi.
Upaya Dukungan
Melalui Facebook, ia mengungkapkan alasan kesertaannya dalam lomba kecantikan ini, dan bagaimana bisa menjadi pengikut Falun Gong, serta pendapatnya tentang pemerintah Tiongkok.
Wanita berusia 25 tahun ini lahir dan dibesarkan di Hunan dan telah menjadi warga negara Kanada. Ia pindah pada usia 13 tahun bersama ibunya. Wanita lulusan University of Toronto ini kemudian memilih menjalani karier sebagai model, aktris, dan aktivis.
Menurutnya, ketertarikan pada HAM bermula ketika ia mendengar kisah sejumlah warga Tiongkok yang mengaku menjadi sasaran pemerintah. Ia kemudian tampil dalam sejumlah film terkait pelecehan anggota Falun Gong dan menyuarakan pendapatnya tentang hal tersebut kepada Kongres AS bulan Juli lalu.
Awal tahun ini, Lin menulis kolom opini di harian Washington Post-- menceritakan tentang ayahnya yang tinggal di Tiongkok dan mendapat ancaman dari badan-badan keamanan Tiongkok terkait kegiatan putrinya dalam HAM.
Walaupun dihujani ancaman, Lin bertekad meneruskan upayanya. Dalam artikel tersebut ia menuliskan:
Banyak orang yang bertanya padaku mengapa aku terus berbicara setelah ayahku diancam. Jawabannya sederhana-- kalau aku membiarkan diriku ditekan, berarti aku mendukung pelanggaran HAM. Jika aku dan orang-orang lainnya yang sependapat denganku dibungkam, Partai Komunis akan meneruskan pelecehan tarhadap rakyatnya tanpa rasa takut.
Melalui akun Facebook-nya, ia merilis video dukungan agar tetap bisa ikut serta dalam ajang Miss World. (Alx)*
Advertisement