Liputan6.com, Brussels - Pihak berwenang Belgia menyatakan menurunkan tingkat ancaman teror di Brussels. Dari semula level tertinggi 4 menjadi 3.
Kota itu menjadi kota mati selama hampir seminggu, pascateror Paris pada 13 Oktober 2015 silam yang menelan 130 korban jiwa. Saat itu, sekolah-sekolah, universitas, dan jalur transportasi kereta metro ditutup dan tentara dikerahkan bersiaga di jalan-jalan.
Baca Juga
Perdana Menteri Belgia Charles Michel menekankan bahwa ancaman serangan di Brussels tetap ada, meski tak semengkhawatirkan sebelumnya.Â
Advertisement
"Kami dapat mengonfirmasi bahwa Ancaman Badan Koordinasi Analisis telah mengevaluasi tingkat ancaman dari 4 ke tingkat 3," kata juru bicara pusat krisis Belgia seperti dikutip dari BBC, Jumat (27/11/2015).
Penurunan ancaman teror tingkat 3 dari 'serious and imminent' menjadi 'possible and likely' membuat kondisi Brussels sama dengan seluruh bagian di sana.
Baca Juga
Status tersebut mengejutkan banyak pihak, karena sebelumnya pemerintah sudah menyatakan akan menerapkan darurat teror tertinggi di ibu kota selama sepekan.
Rabu 25 November, sekolah dan angkutan umum dibuka kembali pukul 06.00 waktu setempat. Beberapa jalur metro masih ditutup, namun tak disebutkan lebih detail.
Kendati demikian, ratusan polisi bersenjata dan tentara masih berpatroli. Pihak berwenang takut serangan Paris-gaya dapat dilakukan, setidaknya satu penembak dalam teror Paris pernah tinggal di Brussels.
Belgia menjadi sorotan setelah sejumlah tersangka pelaku teror Paris diyakini berasal dari negara tersebut. Bahkan, Abdelhamid Abaoud yang dicurigai menjadi aktor intelektual serangan, ialah warga kawasan Molenbeek, di Kota Brussels.
Salah Abdeslam, salah satu dari pelaku teror Paris, juga diyakini telah kembali ke Belgia. Karena itu sebuah perburuan besar-besaran dilakukan di sana.
Polisi di Belgia juga telah melakukan serangkaian penggerebekan dan pencarian selama 2 minggu terakhir. Sejauh ini mereka telah menahan 5 orang yang diduga terkait teror. (Tnt/Mut)*