Liputan6.com, Moskow - Hubungan antara Rusia dan Turki sepertinya belum menemukan titik terang untuk berdamai. Kondisi pun diperkeruh dengan adanya tuduhan bahwa Turki mencoba menyembunyikan kegiatan ilegal di dekat area perbatasan negaranya dengan Suriah.
Tuduhan tersebut dibuat bukan tanpa alasan. Rusia sebelumnya mengaku bahwa pihaknya telah melakukan misi pengamatan di wilayah Turki.
Baca Juga
Namun Turki merasa Negeri Beruang Merah tak mempunyai hak untuk mengeksekusi misi pengamatan. Pihak Turki menyangkal tuduhan yang dijatuhkan kepada negaranya.
Advertisement
Baca Juga
Seperti yang dikutip dari Russian News Agency, Senin (29/2/2016), juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova hari Kamis 25 Februari 2016 membenarkan adanya penyangkalan dari pihak Turki.
"Turki menyangkal adanya penerbangan pengamatan Rusia di atas wilayahnya. Ankara tidak punya hak untuk menolak misi pengamatan atas wilayahnya," kata Zakharova.
Menurut Zakharova, penolakan tersebut menunjukan niat Turki untuk menyembunyikan aktivitas tertentu di area di mana pesawat pengamat Rusia terbang.
Dikutip dari situs berita lokal Turki Daily Sabah, Ankara berpendapat sebaliknya dengan menyatakan bahwa klaim Moskow akan adanya aktivitas ilegal di perbatasan Turki dan Suriah tak mempunyai dasar yang kuat.
Juru bicara Presiden Rusia, Vladimir Putin, Dmitry Peskov menuturkan bahwa hubungan antara Rusia dan Turki memanas setelah pesawat bomber asal Rusia SU-24 ditembak oleh pihak Turki dengan rudal saat terbang di atas wilayah Suriah ketika menuju kembali ke markas Khmeimim.
"Hubungan kami dengan Turki sedang tidak baik dan kami berharap Ankara minta maaf atas perbuatan tersebut," jelas Jubir Peskov kepada Russia Today.