Marco Rubio, Bintang Partai Republik yang Redup

Namun, bintangnya meredup karena beberapa kali tampil melempem di debat menjelang Super Tuesday pertama.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 16 Mar 2016, 11:27 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2016, 11:27 WIB
Marco Rubio Bintang Partai Republik yang Redup
Marco Rubio Bintang Partai Republik yang Redup

Liputan6.com, Miami - Kekalahan telak di Super Tuesday ketiga di salah satu negara bagian penting, Florida, akhirnya menandaskan impian Marco Rubio untuk jadi orang nomor satu di AS. Ia kalah telak dari Donald Trump. Yang menyesakkan hatinya, Sunshine State itu adalah rumah senator paling bersinar dari Partai Republik itu.

Super Tuesday memperebutkan suara delegasi dari Florida, Illinois, Missouri, North Carolina dan Ohio.

Florida dan Ohio dianggap paling penting karena dua negara bagian itu pertama kalinya menganut paham 'winner-takes-all' atau pemenang menyapu bersih dan tak ada tempat bagi runner up apalagi tempat ketiga. Kemenangan telak kembali diraih oleh miliarder nyentrik, Donald Trump di Florida, dengan perolehan 99 kandidat atau 47 persen.

Sementara Rubio harus puas dengan angka 27 persen. Hanya mengumpulkan 163 delegasi, senator Florida itu mundur teratur.

Di depan para pemilihnya ia mengatakan kemundurannya adalah kehendak Tuhan.

Rubio lahir di Miami Florida pada 1971 dari imigran Kuba. Orangtuanya datang ke AS pada 1956, beberapa tahun sebelum Fidel Castro jadi presiden.

Pada 1975, orang tuanya mendapatkan warga negara AS secara naturalisasi. Rubio menghabiskan masa kecilnya di Las Vegas, Nevada, tapi kembali ke Florida.

 

 

Rubio menceritakan bahwa ibunya sempat bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan sang ayah sebagai bartender.

Salah satu visi dari kampanyenya adalah untuk menunjukkan bahwa apa pun bisa terjadi di Amerika. Bahkan seorang imigran yang hidup susah, sekarang bisa dibekali oleh ilmu yang membantunya masuk ke dalam status pencalonan Presiden AS 2016. Ia juga ingin mengingatkan masyarakat AS bahwa dengan kerja keras, semua bisa dicapai.

Jago atletik, Rubio pemain top sepak bola di SMA South Miami dan mendapatkan beasiswa ke Tarkio College di Missouri. Namun setelah setahun ia memilih masuk ke University of Florida. Setelah menyelesaikan BA pada 1993, ia mendapatkan gelar sarjana hukum dari University of Miami pada 1996, seperti dilansir dari Biography.com

Rubio memulai karier sebagai pegawai negeri pada 1998, dengan memenangkan kursi West Miami City Commission. Pada 1999, ia memenangkan kursi di parlemen Florida dan menjadi pemimpin utama pada 2003. Tiga tahun kemudian, ia menjadi ketua parlemen Florida.

Semenjak saat itu, bintangnya makin cemerlang. Dibantu oleh anggota Tea Party--kelompok elite-- dari Partai Republik ia berhasil masuk ke dalam kancah nominasi capres partai berlambang gajah.

Pada April 2015, secara resmi ia mengumumkan pencalonannya menjadi capres AS 2016.

Namun, bintangnya meredup karena beberapa kali tampil melempem di debat. Terutama kegagalan penampilannya di debat GOP di New Hampshire. Ia diserang habis-habisan oleh Gubernur New Jersey, Chris Christie tapi tak berhasil menangkal semua. Hasilnya, ia merosot di peringkat 5 setelah lama di peringkat 3.

Yang paling membuat pesonanya menghilang adalah saat debat ke-11 di Detroit. Saat itu lontaran kata-kata vulgar mendominasi antara Rubio dan Donald Trump.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya