Lebih Mahal dari Emas, 1 Gram Daun Teh Ini Berharga Rp 18,5 Juta

Kemungkinan, pada masa yang akan datang teh Da Hong Pao harganya akan serupa dengan berlian.

oleh Citra Dewi diperbarui 26 Apr 2016, 19:37 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2016, 19:37 WIB
Teh Da Hong Pao
Teh Da Hong Pao (dhgate.com).

Liputan6.com, Wuyishan - Seseorang yang memiliki harta berlimpah membayar 180 ribu yuan atau sekitar Rp 370 juta hanya untuk 20 gram teh bernama Da Hong Pao asal China.

Teh Da Hong Pao yang asli lebih mahal dari harga emas, yakni sekitar $1.400 atau Rp 18,5 juta per gramnya, dan $10 ribu (setara Rp 1,3 miliar) per teko teh.

"Teh tersebut nampak cocok untuk diminum oleh pengemis, tapi harganya untuk seorang kaisar dan siapa saja memiliki hati seperti Buddha,"  ujar pembuat teh asal Wuyishan, Xiao Hui.

Dikutip dari BBC, Selasa (26/4/2016), Xiao Hui dan keluarganya merupakan pembuat teh selama beberapa generasi. Mereka masih pergi ke gunung setiap musim semi untuk memanggil Dewa Teh, Lu Yu, agar menumbuhkan tunas baru.

Wuyishan merupakan kota yang terletak di China selatan yang terkenal akan teh nya selama berabad-abad. Saat ini, setiap toko di sana memiliki meja khusus untuk ritual gong fu cha (teh kung fu) yang mirip dengan upacara minum teh Jepang.

Ternyata tak semua teh Da Hong Pao asal Wuyishan memiliki harga selangit.

Walaupun jenis teh paling tua dan antik dijual dengan harga tinggi, namun Da Hong Pao berkualitas baik 'hanya' dijual $100 atau Rp 1,3 juta per kilogram.

Namun Da Hong Pao yang dijual dengan harga lebih murah, daunnya berasal dari keturunan pohon induk. Daun teh yang langsung berasal dari pohon induk lah yang langka dan memiliki harga sangat mahal.

Pemandangan kabut kota Wuyishan di China selatan (chinatourguide.com)

"Da Hong Pao asli sangat mahal karena hampir tak ada pohon teh induk yang tersisa," jelas ahli teh Xiangning Wu.

"Jenis (teh) antik sangat berharga, bahkan hingga tak ternilai," tambahnya.

Seorang biarawan senior, Zhe Dao, bercerita tentang tempat tumbuhnya Da Hong Pao di Kuil Tianxin Yongle.

"Pada Abad ke-19, beberapa pemburu tanaman datang dan mengambil benih. Namun ia tak tak tahu cara membuat teh, lalu ia membutuhkan guru untuk mengajarkannya," ujar Zhe.

Tianxin Yongle didirikan pada 827 Masehi. Pada tahun 1958 ketika era Mao Zedong -- pendiri negara Republik Rakyat Tiongkok, para biarawan dipaksa keluar dari wilayah itu.

Kuil di Tianxin Yongle (youlinmagazine.com).

Ketika Zhe tiba dari kota Suzhou pada 1990, kuil para biarawan telah berubah menjadi tempat tinggal para petani.

"Pada saat itu hanya aku saja (yang ada di sana). Sekarang aku memiliki banyak murid, pada lima atau enam tahun lalu kami mulai membuat teh," ujar Zhe.

Pohon induk Da Hong Pao berada di tanah kuil tersebut, namun Zhe memutuskan untuk menyerahkan pengelolaannya kepada pemerintah.

Produksinya dikontrol dengan sangat ketat dan beberapa gram teh yang dihasilkan pohon tersebut disimpan oleh negara. Hingga sekarang, pohon-pohon Da Hong Pao dijaga oleh pasukan bersenjata.

Teh Da Hong Pao (dhgate.com).

Saat ini pohon yang diperkirakan berusia ratusan tahun tersebut nampak lelah dan kurus. Sulit untuk membayangkan bahwa pohon itu akan menumbuhkan daun baru dan kemungkinan besar tak akan terjadi.

Pada 1 Mei, setelah panen teh dimulai, sebuah karpet merah akan digelar untuk meniru hadiah kaisar. Wanita-wanita cantik yang memakai baju tradisional akan melakukan ritual.

Namun ritual tersebut sepertinya tak akan terulang lagi. Pohon kuno dan berharga itu terakhir di panen pada 2005.

Hal tersebut yang membuat beberapa gram teh Da Hong Pao disimpan secara hati-hati oleh para kolektor. Serupa dengan wine, semakin lama daun teh itu mengalami pengeringan, maka rasanya akan semakin matang.

Kemungkinan, pada masa yang akan datang teh Da Hong Pao harganya akan serupa dengan berlian.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya