Buaya Pemangsa Manusia 'Meneror' Amerika

Buaya Nil punya reputasi mengerikan. Hewan buas itu adalah pemakan manusia.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 23 Mei 2016, 11:46 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2016, 11:46 WIB
Buaya Nil (Crocodylus niloticus) kini menyebar hingga Amerika Serikat
Buaya Nil (Crocodylus niloticus) kini menyebar hingga Amerika Serikat (Wikipedia)

Liputan6.com, Florida - Buaya Nil (Crocodylus niloticus) punya reputasi mengerikan, sebagai pemangsa manusia. Di daerah asalnya, di Afrika sub-Sahara, hewan itu memangsa ratusan bahkan ribuan orang setiap tahunnya.

Kini, hewan buas tersebut berkeliaran di Amerika Serikat. Keberadaannya dilaporkan pada 2009, 2011, dan 2014. Namun, baru belakangan ini terkonfirmasi sebagai buaya Nil berdasarkan uji DNA.

Hasil pengujian mengonfirmasi bahwa setidaknya ada 3 buaya Nil di rawa-rawa Florida. Jumlah spesies berbahaya tersebut diperkirakan lebih banyak lagi.
 


Belum diketahui bagaimana buaya-buaya asal Afrika tersebut menyeberangi benua dan samudera hingga mencapai Amerika Serikat.

"Mereka tak mungkin berenang dari Afrika," kata ahli herpetologi dari University of Florida, Kenneth Krysko seperti dikutip dari BBC, Senin (23/5/2016).

Salah satu kemungkinan, spesies tersebut dibawa secara ilegal oleh kolektor dan kemudian lepas atau sengaja dilepaskan.

Buaya Nil bisa tumbuh hingga 6 meter, jauh lebih besar dari buaya lokal yang bisa memanjang hingga 4 meter.

Buaya Nil (Crocodylus niloticus) bertanggung jawab atas kematian ratusan orang di Afrika sub-Sahara (Wikipedia)

Mereka diketahui memangsa udang, ikan, serangga, burung, dan mamalia -- termasuk manusia. Buaya-buaya itu juga melahap hewan ternak.

Para ahli hewan liar khawatir spesies buaya Nil akan membawa ancaman bagi ekosistem Florida jika berkembang biak di lahan basah Everglades.

Seperti ular piton Burma atau Burmese python. Hewan melata itu kali pertama terlihat di Everglades pada 1980-an dan kini membentuk populasi yang kuat.

"Saya punya dua kata: piton Burma," kata ahli biologi alam liar Joe Wasilewsk. "Jika 15 tahun lalu ada yang mengatakan ular itu akan membentuk populasi kuat, saya tak akan percaya." Fakta membuktikan sebaliknya.

Hewan liar pendatang bisa menimbulkan kekacauan di ekosistem yang tak siap.

Ketika piton Burma datang dari jauh ke Everglades pada tahun 1980-an, mereka kemudian berkembang biak dengan cepat, mempertahankan reproduksi dengan memangsa hewan liar lokal yang terancam punah termasuk buaya. Kini, ada 30 ribu ular tersebut di Florida.

Spesies penyerang tak selalu datang dalam ukuran besar. Silverleaf Whitefly (Bemisia tabaci) yang panjangnya hanya sekian milimeter.

Namun, hewan kecil itu diperkirakan telah menyebabkan kerugian sebesar US$ 100 juta karena menyerang tanaman di California, Texas dan Arizona pada 1980-an.

Spesies pendatang bisa jadi tak invasif, namun datang karena 'undangan'. Seperti kodok asli Amerika Selatan dan Tengah yang diperkenalkan ke Australia pada 1930, sebagai upaya untuk mengendalikan kumbang abu-abu yang menghancurkan tanaman tebu.

Namun, tanpa predator alami, kodok beracun itu justru menyebar, membunuh spesies asli yang ada di sana.
 
Spesies invasif juga tak selalu terlihat mengancam. Pada 1859, Thomas Austin mengangkut 24 kelinci ke Australia untuk tujuan berburu.

Hal itu tak terlihat berbahaya.  Namun, Austin meremehkan kemampuan reproduksi kelinci itu. Hewan itu berkembang biak menjadi puluhan juta, membunuh spesies tanaman lokal, dan memiliki efek buruk pada ekosistem Australia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya