Liputan6.com, Libreville - Pendukung kandidat oposisi Gabon, Jean Ping membakar gedung parlemen, setelah Presiden Ali Bongo diumumkan sebagai pemenang dalam pemilihan presiden yang digelar Sabtu 27 Agustus 2016.
Polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk mencoba untuk memadamkan protes yang pecah di jalan sekitar parlemen. Menurut keterangan saksi mata, api dan asap terlihat membubung dari bangunan parlemen di ibukota Gabon, Libreville.
Pasukan keamanan menembakkan gas air mata, untuk membubarkan para pendukung Ping yang juga mencoba untuk mengakses markas komisi pemilihan (Cenap).
Advertisement
Bongo memenangkan suara untuk periode tujuh tahun kedua, dengan perolehan 49,8%. Sementara Ping hanya meraup 48,2%, dengan selisih margin 5.594 orang.
Ping mempermasalahkan hasil perolehan tersebut. Pihaknya mengatakan angka dari kubu presiden Ali Bongo menunjukkan hasil dari 99% pemilih.
Blanche Simonny, pendukung Jean Ping sekaligus anggota kelompok masyarakat sipil Ca Suffit Comme Ca mengatakan kepada BBC Afrika bahwa ribuan orang telah berkumpul di markas oposisi sebelum berdemo.
"Asap mengepul dari ban yang dibakar di jalan-jalan," kata Simonny seperti dikutip dari BBC, Kamis (1/9/2016).
Tidak ada pernyataan independen dari Cenap, setelah Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Pacome Moubelet-Boubeya mengumumkan hasilnya.
Menurut wartawan BBC Afrique di Libreville, delegasi yang mewakili oposisi di komisi walked out dari penghitungan suara dan menolak untuk menandatangani surat-surat guna validasi kemenangan Bongo.
Sebelum memasuki dunia politik, Ping adalah seorang diplomat karier terkenal yang menjabat sebagai ketua Komisi Uni Afrika. Pada tahun 2009, Bongo mengambil alih kekuasaan dari sang ayah yang berkuasa sebagai Orang Nomor Satu Gabon pada tahun 1967.