3 Alasan Mengapa Yayasan Trump Kontroversial

Meski belum banyak disorot media, ternyata Yayasan Trump menyimpan 'bom waktu' karena baru-baru ini dinas pajak AS mengendus sesuatu.

oleh Irma Anzia diperbarui 20 Sep 2016, 08:00 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2016, 08:00 WIB
Donald Trump memenangkan primary di New York
Donald Trump memenangkan primary di New York (Reuters)

Liputan6.com, Jakarta Di bawah peraturan pajak, yayasan nonprofit tidak diperbolehkan untuk membuat kontribusi politik. Namun, Internal Revenue Service (IRS) menemukan bahwa Yayasan Trump secara ilegal telah membuat kontribusi ilegal sebesar US$25 ribu kepada kelompok And Justice for All.

Kelompok itu adalah sayap pendukung Jaksa Agung Florida, Pam Bondi. Akibat sumbangan itu, Trump Foundation dihukum denda sebanya US$ 2.500.

Yayasan yang dimiliki capres Partai Republik, Donald Trump mengatakan mereka telah membayar denda dan mengakui pemberian 'hadiah' itu ilegal. Demikian dilansir Online Athens, Selasa (20/9/2016).

Namun, setelah IRS menelisik lebih jauh, ternyata yayasan itu tak bekerja sebagaimana mestinya. Laporan terbaru yang diungkap Washington Post menyebut, Trump menggunakan dana orang lain untuk menyumbang kepada pihak lain dengan menggunakan namanya sendiri.

Masih banyak kejanggalan lain yang dilakukan yayasan Trump. Trump Foundation salah satunya dikelola oleh keluarga.

Tidak seperti Clinton Foundation --yang disebut yayasan kriminal oleh pengusaha tajir itu -- Trump Foundation hanya dikerjakan segelintir orang. Itupun anak-anak Trump tanpa melibatkan pegawai lain.

Hal itu membuat Yayasan Trump mendapat gambaran kurang baik. Ada 3 penyebab lain yang membuat Trump Foundation patut ditelisik lebih lanjut. Liputan6.com kutip dari BBC dan berbagai sumber. 

1. Pengakuan Tak Tepat

Donald Trump berulang kali mengklaim bahwa dia telah menyumbang ke badan tertentu yang sebenarnya hanya menggunakan uang dari yayasannya. Mengingat bahwa dana milik Yayasan Trump berasal dari sumber-sumber lain, maka Trump mengaku-aku dan dipuji-puji hanya karena menyalurkan dana yang lewat.

Wartawan Washington Post David Fahrenthold, yang melakukan penyelidikan ekstensif tentang keterlibatan Trump, mengutip "Piala Pohon Palem" yang diterimanya karena menyumbangkan $ 150.000 (dari uang yayasannya) ke Yayasan Kepolisian Palm Beach. Namun, donasi tersebut diberikan hanya setelah Yayasan Trump menerima sumbangan US$ 150.000 dari Yayasan Charles Evan yang berlokasi di New Jersey.

Ketika Yayasan Evans menghentikan sumbangan mereka, maka uang bantuan untuk kepolisian dari yayasan milik Trump juga berhenti. "Trump secara efektif telah mengubah hadiah dari Yayasan Evan menjadi hadiah darinya, tanpa menambah apa pun dari kantongnya sendiri," ungkap David.

Trump juga mendapat keuntungan dari diadakannya makan malam penggalangan dana setiap tahun oleh Yayasan Kepolisian di klub Mar-a Lago milik Trump yang berlokasi di Palm Beach.

Pada tahun 2014, contohnya, lembaga bantuan itu membayar US$276.463 untuk membayar uang sewa tempat. Trump sering kali memberikan donasi dari yayasannya ke kelompok-kelompok yang membayar harga tinggi untuk mengadakan acara di propertinya.

2. Pembelian pribadi

Meskipun sebagian besar uang di Yayasan Trump telah diberikan ke organisasi soasial lain, sebagian telah dihabiskan untuk pembelian benda-benda yang dilelang di acara amal, termasuk lukisan diri Trump setinggi hampir 2 meter seharga US$ 20.000 pada tahun 2007, dan helm sepak bola Amerika yang ditandatangani pemain belakang NFL Tim Tebow, seharga 12.000 dolar.

Kedua benda tersebut kini tak diketahui keberadaannya. Jika tetap dimiliki oleh Donald Trump, hal itu dapat melanggar undang-undang perpajakan AS yang melarang "pembelian untuk diri sendiri", yang melarang grup pengumpul dana sumbangan untuk memberikan hadiah bagi diri mereka sendiri dengan memakai uang yayasan. Jika IRS memutuskan bahwa inilah yang terjadi, Trump harus mengganti uang yayasan sesuai nilai pasar pembelian tersebut atau membayar denda.

3. Donasi yang Dipertanyakan

Karena Trump mulai berusaha mengambil hati partai Republik dalam tahun-tahun terakhir, ia lebih banyak menyumbangkan dana ke organisasi konservatif. Pada tahun 2014, ia memberi sumbangan US$ 10.000 dolar ke Yayasan Pengamat Amerika, grup non-profit yang mempublikasikan majalah konservatif berjudul sama.

Yayasan Trump juga menyumbangkan US$ 100.000 dolar, donasi terbesar untuk tahun itu, ke Persatuan Warga Negara, sebuah kelompok konservatif yang paling terkenal karena tuntutan hukum yang berakhir dengan keputusan Mahkamah Agung yang membatasi beberapa jenis sumbangan kampanye, yang telah dikiritisi oleh Trump selama pencalonannya.

Jenis sumbangan semacam ini, meskipun menandai pergeseran pola pemberian dana dari yayasan tersebut, merupakan hal yang legal.

Pada tahun 2013, Yayasan Trump menyumbang 25.000 dolar ke "Justice for All", sebuah panitia kampanye yang mendukung Jaksa Agung Florida Pam Bondi. Sumbangan politik semacam ini dari yayasan dana sumbangan merupakan hal terlarang.

Saat hal ini diketahui umum pada tahun 2016, Trump memindahkan US$25.000 dolar dari akun pribadinya sebagai kompensasi bagi yayasannya dan membayar denda IRS sebesar US$2.500. Perwakilan dari Yayasan Trump menyatakan bahwa pemberian sumbangan itu dilakukan karena kekeliruan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya