Liputan6.com, Jakarta - Menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS), salah satu hal yang sempat mengundang sensasi adalah pernyataan calon presiden Partai Republik, Donald Trump, yang sempat melontarkan wacana melarang masuknya warga Muslim ke Amerika Serikat (AS).
Terkait hal ini, pakar politik AS, Nathanael Sumaktoyo mengakui memang ada sebagian masyarakat di Negeri Paman Sam yang memiliki persepsi negatif tentang Islam.
"Saya pikir ada, bukannya tidak ada di sana. Dan tadi saya tunjukkan grafiknya, bahwa persepsi (sebagian) masyarakat Amerika...terhadap Islam memang cukup negatif, salah satunya karena isu keamanan nasional," ujar Nathanael kepada Liputan6.com dalam diskusi "The Race to the White House: The Outlook Three Weeks Out" pada Jumat 14 Oktober 2016 di @america, Jakarta.
Advertisement
Baca Juga
Dikaitkan dengan sejumlah peristiwa seperti penembakan di kelab malam di Orlando beberapa bulan lalu dan ledakan di New York dan New Jersey baru-baru ini, Nathanael memandang bahwa sebenarnya tidak banyak warga AS yang fobia terhadap golongan lain.
"Saya pikir tidak banyak...isu tersebut sekarang ini naik karena pertama, Partai Republik secara umum memang memiliki pandangan yang lebih negatif. Dan kedua, pandangan negatifnya disalurkan melalui kandidatnya, Donald Trump."
"Seandainya kandidatnya bukan Donald Trump, suara-suara itu tidak akan mendapatkan tempat ke mainstream politics (politik arus utama)," imbuhnya.
Sekarang ini telah cukup banyak kalangan dalam Partai Republik yang menarik dukungannya dari Donald Trump. Partai itu sendiri sebenarnya pernah memiliki calon seperti Jeb Bush dan Marco Rubio untuk digadang-gadang dalam pilpres AS.
Kaum minoritas AS mengalami sejumlah hal yang juga dialami kaum minoritas Indonesia. Mengenai hal itu, kandidat doktor di Religious Freedom Project, Berkley Center, Georgetown University, tersebut mengatakan, "Kalau mau, Indonesia bisa menampilkan wajah Islam yang berbeda dibandingkan dengan yang di Timur Tengah. Yang lebih toleran."