Krisis, Distribusi Obat-obatan Venezuela Diambil Alih Militer

Krisis ekonomi yang tengah menjerat Venezuela tak hanya menyebabkan negara itu kekurangan pangan, namun juga obat-obatan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 04 Nov 2016, 07:08 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2016, 07:08 WIB
20161027-Demo-Anti-Pemerintah-Venezuela-Reuters
Ribuan pendukung kelompok oposisi turun ke jalan saat unjuk rasa anti-Presiden Nicolas Maduro di Caracas, Venezuela (26/10). Unjuk rasa bertajuk "Ambil Alih Venezuela" ini menuntut adanya referendum untuk melengserkan Maduro. (REUTERS/Christian Veron)

Liputan6.com, Caracas - Angkatan bersenjata Venezuela mengumumkan akan mengambil alih kontrol distribusi obat-obatan dan peralatan medis untuk seluruh rumah sakit umum. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Pertahanan, Vladimir Padrino.

"Kita akan mengambil alih distribusi semua perlengkapan medis dan bedah di seluruh rumah sakit," ujar Padrino seperti dikutip dari BBC, Jumat, (4/11/2016).

Lebih lanjut Padrino menjelaskan bahwa kebijakan tersebut diambil 'untuk menjamin bahwa persediaan obat-obatan ini sampai ke tangan pasien secara efisien dan didistribusikan dengan benar'.

Belakangan ini para dokter telah melakukan serangkaian demonstrasi terkait dengan kekurangan kronis persediaan obat-obatan penting.

Venezuela yang saat ini dilanda krisis ekonomi bukanlah negara miskin. Namun melemahnya harga minyak mentah dunia telah menyebabkan kondisi negara itu terpuruk -- mengingat Venezuela merupakan salah satu negara produsen minyak mentah terbesar di dunia. Surplus anggaran yang besar kini berubah menjadi defisit.

Krisis ekonomi yang terjadi saat ini menyebabkan barang-barang yang menjadi kebutuhan dasar 'hilang' di pasaran termasuk di antaranya bahan dasar pembuatan obat.

Pihak oposisi mengatakan krisis ekonomi disebabkan oleh salah urus pemerintah. Namun pemerintah menolak disalahkan.

'Penimbunan'

Pemerintah mengatakan, kekurangan berbagai kebutuhan dasar di pasaran disebabkan oleh pebisnis yang melakukan penimbunan barang dengan tujuan untuk menjualnya dengan harga yang lebih tinggi di pasar gelap.

Sementara oposisi mengatakan, kesalahan pemerintah adalah tidak 'menyimpan' uang ketika minyak mentah yang menjadi ekspor utama Venezuela dihargai tinggi.

Kini, pundi-pundi pemerintah habis dan inflasi mencapai tiga digit menyebabkan hilangnya daya beli masyarakat sementara di sisi lain rumah sakit berjuang untuk merawat pasien.

Menurut Federasi Kedokteran Venezuela, sejumlah rumah sakit umum hanya mendapat pasokan obat-obatan empat persen dari jumlah yang mereka harapkan.

Namun Padrino menegaskan bahwa pemerintah saat ini tengah menyiapkan rencana mendalam untuk memastikan bahwa rumah sakit akan tetap berfungsi dengan baik. Meski demikian ketidakpuasan terhadap pemerintah kian meluas dan tak terbendung.

Jajak pendapat terbaru menunjukkan, lebih dari 75 persen rakyat Venezuela mengatakan tidak senang dengan kepemimpinan Presiden Nicolas Maduro.

Krisis ekonomi telah memperdalam perpecahan antara pemerintah dan pendukungnya serta kelompok yang ingin menggulingkan Maduro. Kedua belah pihak telah sepakat untuk bertemu dan melakukan mediasi yang akan difasilitasi oleh Vatikan pada 11 November mendatang.

Hal tersebut tak mampu mencairkan suasana mengingat terdapat faksi dalam oposisi yang menolak untuk bergabung dalam mediasi tersebut.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya