Liputan6.com, London - Tepat pada 28 November 1990 pagi, perdana menteri perempuan pertama Inggris, Margareth Thatcher resmi mengajukan pengunduran dirinya kepada Ratu Elizabeth. Ia memilih untuk mengakhiri 11 tahun kepemimpinannya.
Terpilih sebagai penggantinya adalah John Major yang merupakan anggota Partai Konservatif.
Pada pidato terakhirnya di depan 10 Downing Street, ia tak kuasa menahan haru. Ada isak tangis yang tak mampu dikendalikan oleh perempuan yang dijuluki "Iron Lady" itu.
Advertisement
Dalam kesempatan tersebut ia juga mengatakan, sejak ia menjabat pada 1979, Inggris telah menjadi tempat yang jauh lebih baik bagi kehidupan rakyatnya.
"Kami akan meninggalkan Downing Street setelah 11,5 tahun yang indah dan kami sangat senang pergi dalam kondisi Inggris yang jauh lebih baik dibanding ketika kami datang ke sini," kata dia.
Thatcher pun memberikan dukungannya kepada penerusnya. Ia mengatakan, "Sekarang saatnya untuk membuka babak baru dan aku berharap John Major beruntung dalam melaksanakan tugasnya," imbuhnya.
Setelah pidato perpisahannya, Thatcher dan sang suami, Denis meninggalkan 10 Downing Street untuk selanjutnya menuju ke Istana Buckingham. Ada banyak warga yang berkerumun menyaksikan momen penting tersebut.
"Ini adalah bagian dari sejarah dan kami hanya ingin mengatakan selamat tinggal dan berharap dia mendapat kehidupan yang lebih baik," ujar salah seorang warga yang ikut menyaksikan momen tersebut.
Pertemuan antara Thatcher dan Ratu Elizabeth dilaporkan berlangsung selama setengah jam. Dan segera setelahnya, ia kembali ke rumahnya di Dulwich, di London Selatan.
Sekitar 15 menit setelah Thatcher meninggalkan Istana Buckingham, Major tiba. Ia diundang secara resmi oleh Ratu Elizabeth untuk membentuk pemerintahan baru. Maka dengan demikian berakhir sudah kepemimpinan perdana menteri perempuan pertama di Inggris sekaligus kepala pemerintahan terlama sejak 1827.
Dan bertahun-tahun setelahnya, tepatnya pada 2016, Inggris kembali dipimpin oleh perdana menteri perempuan. Sosok itu adalah Theresa May. Keduanya disebut-sebut memiliki kemiripan.
"May memiliki reputasi sebagai seorang pekerja keras dan pemikir, poin yang menggiring panggung politik Inggris hari ini ke seorang Margaret Thatcher," tutur kontributor politik CNN, Robin Oakley.
Ternyata pada tanggal dan tahun yang sama, namun di benua berbeda terdapat seorang kepala pemerintahan lainnya yang juga mengundurkan diri. Sosok tersebut adalah Lee Kuan Yew, ia menyatakan 'pensiun' dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Singapura.
Lee merupakan PM pertama Singapura yang terpilih. Lee kembali terpilih menjadi PM selama tujuh kali berturut-turut dalam yakni pada 1963, 1968, 1972, 1976, 1980, 1984 dan 1988 hingga pengunduran dirinya pada November 1990. Peristiwa ini 'menobatkan'nya sebagai PM terlama sepanjang sejarah Negeri Singa.
Dalam peristiwa terpisah, tepatnya pada 28 November 2014 seorang pria bersenjata meledakkan tiga bom di sebuah masjid di utara Kota Kano, Nigeria. Setidaknya, 120 orang tewas dalam tragedi itu. Saling tuduh antara penguasa dan kelompok Boko Haram pun terjadi. Hingga kini tak diketahui pasti dalang dibalik pengeboman tersebut.