Pesawat Jatuh Pembawa Klub Sepak Bola Brasil Kehabisan BBM?

Beberapa puing pesawat terlihat hangus terbakar di antara puing-puing British Aerospace Avro RJ85.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 30 Nov 2016, 12:25 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2016, 12:25 WIB

Liputan6.com, Bogota - Pejabat keselamatan udara memulai penyelidikan terkait kecelakaan mematikan penerbangan LAMIA 2933 di dekat Medellin, Kolombia. Tempat peristirahatan terakhir dari puing-puing jet itu akan menjadi petunjuk utama dalam menentukan penyebab pesawat jatuh.

Kecelakaan pesawat carter ke Medellin yang membawa anggota skuat sepak bola Brasil Chapecoense dalam perjalanan ke final Copa Sudamericana itu menewaskan sedikitnya 71 orang.

"Tiga pemain, dua awak, dan seorang wartawan selamat," kata pihak berwenang Kolombia seperti dikutip dari CNN, Rabu (30/11/2016).

Menurut sumber yang akrab dengan insiden serupa, beberapa puing pesawat yang hangus terbakar di antara puing-puing British Aerospace Avro RJ85, menjadi petunjuk bagi peneliti untuk mempertimbangkan bahwa kekurangan bahan bakar sebagai salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kecelakaan pada Senin, 29 November 2016.

Kekurangan bahan bakar terjadi ketika bahan bakar terputus dari mesin, sehingga menyebabkan proses tersebut berhenti berjalan. Hal ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk kebocoran bahan bakar, icing internal, terjadi kegagalan pompa bahan bakar atau alat pengukur, atau kesalahan kru.

Direktur Otoritas Penerbangan Sipil Kolombia, Alfredo Bocanegra, mengatakan meskipun penyelidikan awal menunjukkan terjadi masalah listrik kapal, kemungkinan pesawat kehabisan bahan bakar belum dikesampingkan. Demikian dilaporkan afiliasi CNN Italia, ANSA.

Namun, Bocanegra mengatakan penyidik ​​harus memastikan mengapa pesawat tidak memiliki cukup bahan bakar karena posisinya hanya 5 mil dari bandara.

Sejauh ini otoritas Penerbangan Sipil Kolombia menolak memberikan komentar lebih lanjut tentang rincian teknis. Foto yang dirilis oleh Otoritas Penerbangan Sipil menunjukkan puing-puing dari empat mesin Avro RJ85 berserakan di bukit. Beberapa di antaranya terlihat hangus.

Seorang petugas tim SAR duduk di dekat puing pesawat penumpang carteran yang jatuh dekat kota Medellin, Kolombia, Selasa (29/11). Pesawat itu tiba-tiba menghilang dari radar pada Senin (28/11) sekitar pukul 22.00 waktu setempat (REUTERS/Jaime Saldarriaga)

Pesawat mengumumkan keadaan darurat antara kota La Ceja dan La Union, menurut pejabat penerbangan Kolombia. Kecelakaan itu terjadi di sebuah daerah yang disebut Cerro El Gordo dekat Medellin, kata para pejabat.

"Kami tahu tak ada api saat pesawat bertumbukan dengan tanah, itu kemungkinan menjadi salah satu alasan mengapa ada korban selamat dari tragedi mengerikan tersebut," kata editor-in-chief Airlineratings.com, Geoffrey Thomas.

Pola reruntuhan dalam penyelidikan terakhir mengarahkan penelitian bahwa ada sedikit atau tidak ada bahan bakar yang tersisa di pesawat.

"Kekurangan bahan bakar adalah sangat-sangat langka dalam hal penerbangan komersial, karena ada begitu banyak checks and balances untuk memastikan kapal memiliki bahan bakar cukup," ujar seorang penyelidik keselamatan udara, Grant Brophy.

Brophy memperingatkan hal itu menggunakan gambaran rekaman dan foto dari tempat kejadian  kecelakaan pesawat nahas itu. 

Rekonstruksi Black Box

Penyidik ​​akan merekonstruksi detik-detik terakhir penerbangan menggunakan informasi yang dikumpulkan dari data penerbangan dan perekam suara, serta pemeliharaan dan catatan manufaktur. Black Box atau kotak hitam itu ditemukan Selasa 30 November pagi waktu setempat, dalam kondisi sangat baik menurut pejabat penerbangan Kolombia.

Pengontrol udara, Manuel Palamas menyebutkan, penerbangan pesawat carter itu berangkat dari Bandara Internasional Viru Viru Bolivia di Santa Cruz pada Senin 29 November pukul 18.18 waktu setempat.

Berdasarkan pelacakan data dari flightradar24, pesawat memasuki pola racetrack-shaped holding pattern pada ketinggian sekitar 20.000 kaki sebelum jatuh. Dari laporan itu diperkirakan bahwa awak kapal itu sebelumnya telah berkomunikasi dengan pengontrol lalu lintas udara terkait masalah sistem listrik pesawat.

Penyelidik kecelakaan udara di Inggris, di mana pesawat itu diproduksi, mengirimkan tim ke lokasi kecelakaan untuk membantu pihak berwenang Kolombia dalam menentukan apa yang terjadi.

Pesawat jet seri Avro itu dulu pernah menjadi andalan daerah operasi kecil maskapai AS dan Eropa. Namun armada itu pensiun karena jet bermesin ganda dan pesawat baling-baling dianggap lebih efisien. Menurut Jaringan Keselamatan penerbangan, pesawat jatuh itu dari maskapai regional AS, Mesaba Airlines itu pertama kali dioperasikan pada 1999.

Berdasarkan laporan Boeing Juli 2016, "keluarga" pesawat Avro itu mengalami 14 kecelakaan, termasuk tujuh yang menelan korban jiwa. Kecelakaan pesawat pada Senin, 29 November itu adalah yang kedelapan karena tindakan nonkriminal.

Kecelakaan itu memecah catatan keselamatan penerbangan di sana. Jumlah korban jiwa akibat kecelakaan udara pada tahun 2016, kurang dari setengah rata-rata dalam periode 10 tahun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya