Trump 'Kaget' Mengetahui Tanggung Jawab Besar Seorang Presiden

Pengakuan Trump mengenai besarnya pekerjaan presiden diungkap oleh mantan Ketua DPR AS, Newt Gingrich.

oleh Citra Dewi diperbarui 02 Des 2016, 08:08 WIB
Diterbitkan 02 Des 2016, 08:08 WIB
20161109-Pidato Kemenangan Donald Trump-New York
Presiden ke-45 AS Donald Trump didampingi keluarga menyampaikan pidato kemenangan di hadapan para pendukungnya di Manhattan, New York Rabu (9/11). Trump unggul cukup jauh atas pesaingnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. (REUTERS/Brendan McDermid)

Liputan6.com, Washington DC - Donald Trump mengaku bahwa menjadi presiden merupakan pekerjaan yang lebih besar dibanding yang ia pikiran. Hal tersebut diungkapkan oleh mantan Ketua DPR Amerika Serikat, Newt Gingrich, ketika bertemu dengan Trump pada pekan lalu.

"Ia berkomentar, 'Ini benar-benar pekerjaan yang lebih besar daripada yang pernah saya pikirkan'. Itu merupakan hal baik. Ia harus berpikir seperti itu," ujar Gingrich.

Gingrich juga mengatakan kepada Trump bahwa sebagai presiden kelak ia memiliki kekuatan yang sangat besar. Semuanya bakal bermuara dari Oval Office dan diri Trump sendiri.

Setelah bertemu secara resmi dengan Presiden Barack Obama di Oval Offive, sejumlah sumber Gedung Putih mengatakan kepada The Wall Steet Journal bahwa Trump tampak terkejut dengan lingkup tanggung jawab yang harus ia emban.

Surat kabar itu juga melaporkan, Trump juga tak menyadari bahwa ia harus mengganti seluruh staf presiden setelah ia menjabat.

Dalam persiapan pelantikan presiden pada 20 Januari 2017, Trump mempersiapkan "thank you tour" ke seluruh negara bagian di mana dirinya meraih kemenangan. Ia memulainya dengan mengadakan acara besar di Cincinnati, Ohio.

Dikutip dari Independent, Kamis (1/12/2016), transisi kekuasaan dari Obama ke Trump terus menjadi kontroversi. Tak hanya disebabkan oleh sosok yang menjadi pilihannya untuk mengisi sejumlah pos di pemerintahannya, tetapi juga peran anak dan menantunya dalam proses tersebut serta hubungan berkelanjutannya dengan kerajaan bisnisnya.

Aktivitas Trump di Twitter juga telah memicu kontroversi. Termasuk salah satu kicauannya yang mengatakan ia akan memenangkan suara populer jika suara jutaan pemilih ilegal diabaikan.

Pernyataan tersebut dikritik Gingrich. Ia mengatakan, "Presiden Amerika Serikat tak bisa sembarangan men-tweet tanpa ada seseorang yang mengeceknya."

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya