Liputan6.com, Madrid - Sesaat setalah dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump langsung menuding sejumlah media yang disebutnya "tidak jujur dan palsu."
Salah satunya adalah Washington Post. Laman berita Elpais melakukan wawancara dengan Martin Baron, editor eksekutif di harian berpengaruh di AS tersebut.
Advertisement
Dikutip dari laman Elpais pada Senin (30/1/2017), berikut adalah sejumlah hal yang terungkap dalam wawancara tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Baron, hariannya pernah mendapat tuduhan yang lebih kasar lagi dan disebut sebagai bentuk kemanusiaan yang paling rendah. Padahal, imbuhnya, Washington Post sekedar bermaksud meliput kepresidenan sekarang ini selayaknya liputan presiden-presiden sebelumnya.
Dalam wawancara dijelaskan bahwa beberapa dekade lalu, harian Washington Post menerbitkan skandal Watergate Papers yang memicu kejatuhan Presiden Richard Nixon. Zaman telah berubah, sehingga harus ada cara baru meliput konferensi pers Gedung Putih ketika juru bicara terang-terangan berbohong.
Bagi Baron, hariannya sekedar melaporkan bahwa Presiden Donald Trump menceritakan kepalsuan, katanya, "Dia tidak menceritakan kebenaran tentang jumlah pengunjung yang hadir saat pelantikannya. Semua bukti yang ada menunjukkan bahwa dia tidak menceritakan yang sebenarnya."
Namun demikian, kebohongan yang ada tidak serta merta menyurutkan niat untuk meliput konferensi pers secara langsung, karena, "Kita tidak mengetahui kalau dia menceritakan kepalsuan sampai dia mengatakannya."
Twitter Sebagai Pernyataan Resmi?
Mengenai kebiasaan Presiden Donald Trump untuk mencuit di Twitter, Baron mengatakan, "Cuitan-cuitan itu adalah pernyataan dari sang presiden. Cuitan-cuitan itu datang darinya dalam beberapa kesempatan. Kita tidak dapat mengabaikan apa yang dikatakan presiden."
"Kita tidak bisa mengabaikannya ketika ia masih sebagai presiden terpilih dan kita tidak bisa mengabaikannya ketika ia menjadi Presiden AS. Jadi, melihat sejumlah kebijakan yang mulai diterapkannya, seperti cuitan yang diunggahnya merupakan pertanda tentang apa yang akan dilakukannya sebagai presiden."
Baron prihatin dengan liputan tiada henti tentang Donald Trump ketika membuat segala jenis pernyataan semasa kampanye, yang menurutnya banyak yang tidak benar. Apalagi, "Mereka (kanal-kanal televisi kabel) tidak melakukan hal (liputan) serupa untuk acara-acara Hillary Clinton dan lawan-lawan Trump bahkan dalam primary Partai Republik sekalipun."
Advertisement
Video Pelecehan Seksual
Skandal Watergate memerlukan penelitian selama berbulan-bulan sebelum diterbitkan. Demikian juga dengan kasus pelecehan seksual yang melibatkan keuskupan Boston yang dihadapi sewaktu Baron masih bersama Boston Globe.
Namun demikian, video pelecehan seksual oleh Donald Trump diteliti hanya dalam hitungan jam. Katanya, "Kami mendapat salinan video dari suatu sumber. Wartawan David Farhenthold mendapat salinan itu. Ketika ia menonton dan mendengarkan video, ia langsung sadar bahwa itu merupakan berita besar karena ucapan mengejutkan dari seseorang yang sedang akan menjadi presiden AS."
Setelah dipastikan keasliannya, Washington Post menghubungi kampanye dan menawarkan untuk membeberkan transkrip video. Pihak kampanye Donald Trump membantah, "Mereka bilang itu sepertinya bukan Donald Trump. Kami mengirimkan videonya kepada mereka. Dan dia mengeluarkan pernyataan meminta maaf atas hal itu."