Liputan6.com, Copenhagen - Sebuah studi menemukan, Facebook membuat seseorang menjadi tak bahagia dan membuat orang-orang yang menderita Facebook envy -- iri atas postingan baik dan bahagia orang lain -- menjadi depresi.
Sementara itu, pengguna yang tak membuka media sosial selama seminggu menjadi lebih puas dengan kehidupan mereka dan menganggap diri mereka lebih sejahtera.
Baca Juga
Penelitian yang melibatkan 1.095 orang tersebut dilakukan oleh University of Copenhagen. Setengah dari partisipan diminta melanjutkan menggunakan Facebook, sementara sisanya diperintahkan untuk tak menggunakan media sosial tersebut.
Advertisement
"Jutaan jam dihabiskan di Facebook setiap hari," ujar penulis laporan Morten Tromholt seperti dikutip dari Independent, Senin (13/2/2017).
"Kita tentu saja terhubung lebih baik dibandingkan sebelumnya, namun apakah keterhubungan baru ini membawa kebaikan untuk kebahagiaan kita?"
"Menurut penelitian yang dilakukan baru-baru ini, jawabannya adalah 'tidak'. Faktanya, penggunaan Facebook -- yaitu sebagai sarana berkomunikasi dan memperoleh informasi tentang orang lain -- berpengaruh secara negatif dalam beberapa dimensi kepuasan kita," papar Tromholt.
Dalam studi tersebut, mereka yang menggunakan Facebook secara aktif memiliki kepuasan hidup di tingkat 7,74 (dengan angka maksimal 10). Sementara itu mereka yang memilih menghindari media sosial berada di level yang lebih tinggi, yakni 8,11.
Pengaruh rasa kepuasan dari berhenti menggunakan Facebook lebih besar dirasakan bagi mereka yang mengalami Facebook envy dibandingkan pengguna yang tidak.
Sebuah studi juga menemukan, orang-orang berusia 19 hingga 32 tahun yang menghabiskan waktu di media sosial lebih cenderung depresi.
Editor-in-chief Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, Brenda Wiederhold, mengatakan bahwa penelitian tersebut menunjukkan bahwa mengamati kehidupan orang-orang di Facebook dapat menyebabkan emosi negatif.