Kisah Nyata Pasangan Beauty and the Beast yang Berakhir Tragis

Kisah cinta pasangan Beauty and the Beast di dunia nyata berakhir tragis. Seperti apa?

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 21 Mar 2017, 18:20 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2017, 18:20 WIB
Kisah Tragis Pasangan 'Beauty and the Beast' di Kehidupan Nyata
Kisah Tragis Pasangan 'Beauty and the Beast' di Kehidupan Nyata (public domain)

Liputan6.com, Spanyol - Kisah cinta tak kenal masa, Beauty and the Beast, kembali difilmkan. Berkat Emma Watson dan Dan Stevens, drama yang menguras air mata berakhir bahagia itu bisa dinikmati.

Namun, tahukah Anda bahwa kisah cinta Beauty and the Beast tidak semata imajinasi? Ternyata di masa lalu, ada kisah cinta si Cantik dan si Buruk rupa yang sama. Hanya saja, berakhir tragis. 

Ia adalah Pedro Gonzales. Lahir di Tenerife, Spanyol pada 1537. Ia tak tumbuh sebagai bocah normal.

Pedro lahir dengan rambut tebal di sekujur tubuhnya termasuk wajahnya. Pedro tumbuh dengan sebutan 'manusia liar' atau 'wildman' sebuah mitologi Eropa masa Abad Pertengahan yang merupakan setengah manusia setengah hewan.

Dalam mitos itu, wildman berubah menjadi jahat ketika malam tiba, bahkan ada satu cerita mereka memakan anak hidup-hidup.

Dikutip dari Elite Readers, pada Selasa (21/3/2017), kisah Pedro bermula di malam koronisasi Raja Henry II di Prancis di pertengahan Abad ke-16. Pedro adalah "hadiah" bagi raja.

Kehadirannya menarik perhatian tamu yang hadir. Pedro lalu dikurung di penjara bawah tanah di kastil untuk diobservasi.

Selama berada di penjara bawah tanah, para dokter dan akademisi meneliti Pedro. Mereka menemukan bahwa Pedro bukanlah wildman.

Faktanya, ia adalah bocah 10 tahun yang normal, hanya saja terlalu banyak rambut di tubuhnya. Sebuah kondisi yang kita kenal sekarang sebagai Congenital Hypertrichosis.

Kondisinya biasa disebut 'werewolf syndrome' yang langka. Di Abad Pertengahan, hanya 50 kasus yang terdokumentasi, dan Pedro adalah kasus pertama.

Raja melihat Pedro sebagai kado berharga. Ia memperbolehkan bocah itu sekolah dan ia diberi nama Petrus Gonsalvus.

Pihak istana menemukan Petrus dahulu Pedro-- sebagai manusia cerdas dan mampu berbicara tiga bahasa dan kemudian bekerja di lingkungan kastil.

Ratu yang Penasaran

Henry II meninggal pada tahun 1559 karena cedera, dan jandanya, Catherine de Medici, akhirnya menjadi pemegang kekuasaan adipati.

Entah apa yang ada dipikiran Catherine de Medici, ia memutuskan bahwa Petrus harus menikah, untuk melihat apakah sosok 'wildman' bisa kembali diproduksi.

Dia memilih wanita bernama Catherine sebagai istrinya, yang nama belakangnya tidak diketahui. Konon perempuan itu adalah salah satu anak dari pekerja di istana.

Catherine seharusnya tidak melihat pengantin pria dan tidak menyadari siapa calon suaminya sampai upacara pernikahan yang sebenarnya. Petrus diyakini telah berusia pertengahan 20-an pada saat itu.

Setahun setelah pernikahan, Catherine dan Petrus memiliki anak laki-laki. Tapi tak mewarisi genetik sang ayah. Demikian pula anak kedua mereka.

Namun, anak ketiga dan keempat mewarisi genetik sang ayah.

Total pasangan itu memiliki tujuh anak. Empat diantaranya mewarisi hipertrikosis.

Catherine dan Petrus melakukan tur Eropa bersama anak mereka yang berbulu. Keluarga itu menjadi sumber daya tarik ekstrem untuk bangsawan.

Lukisan keluarga Gonsalvus dengan pakaian formal yang dirancang untuk memperlihatkan kekontrasan penampilan mereka sering diberikan sebagai hadiah.

Setelah lelah berkeleling Eropa, keluarga Gonsalvus menetap di Parma, Italia, di bawah sokongan keuangan Duke Ranuccio Farnese.

Meskipun dalam beberapa hal Petrus mampu menjalani kehidupan seorang bangsawan yang khas, ia dan keluarganya masih dipandang sebelah mata oleh Duke of Farnese dan lainnya. Petrus dianggap "kurang manusia".

Penulis Roberto Zapperi, yang menulis biografi Petrus, mengatakan kepada Smithsonian, situasi Gonsalvus sangat unik, "karena mereka tak dikurung tapi juga tak bisa bebas".

Beauty and the Beast yang Patah Hati...

Empat anak Petrus dan Catherine yang berbulu kemudian diberikan kepada keluarga bangsawan lain oleh Farnese. Bahkan, Duke of Farnese memberikan Antoinetta Gonsalvus kepada gundiknya Lady Isabella Pallavicina sebagai tanda kasih sayang.

Sungguh sedih bagi pasangan itu, terutama Petrus pria yang penuh cinta dan seorang ayah harus melihat keturunan yang berbulu dijadikan hadiah. Tapi tak ada yang bisa mereka lakukan.

Catatan menunjukkan bahwa Petrus dan Catherine akhirnya pindah ke Capodimonte. Dari sana, sisa hidup mereka bersama-sama diselimuti misteri. Catherine diyakini telah meninggal pada tahun 1623, sekitar 40 tahun setelah menikah. Petrus diperkirakan telah meninggal pada 1618, meskipun kematiannya tidak disebutkan dalam catatan sipil Capodimonte.

Hanya nama orang-orang yang memberi ritual terakhir yang dimasukkan dalam daftar kematian, sehingga ada beberapa spekulasi bahwa menjelang ajalnya, Petrus diperlakukan tidak layaknya manusia.

Kuburan Catherine dan Petrus tidak diketahui. Tapi ingatan akan mereka hidup dalam potret.

Lukisan Petrus dan seluruh keluarga Gonsalvus masih dapat ditemukan di Ambras Castle Chamber of Art dan Curiosities, koleksi 'keanehan' yang diciptakan oleh Ferdinand II, Archduke dari Austria pada Abad ke-16.

Dalam kisah Beauty and the Beast karya Villeneuve, tokoh Beast menjadi sosok manusia pangeran ganteng oleh kekuatan cinta, namun tidak bagi Petrus dan Catherine.

Meski demikian, penggambaran kisah cinta mereka terpampang lewat lukisan yang dipajang di National Gallery of Art Washington DC, yang memperlihatkan tangan Catherine di pundak Petrus dengan penuh cinta...

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya