Liputan6.com, Melbourne - Enam mahasiswa Indonesia terpilih sebagai penerima Hadi Soesastro Prize dan Allison Sudrajat Prize 2017.
Dua penghargaan bergengsi dari Kementerian Perdagangan dan Luar Negeri Australia (DFAT) diberikan bagi ilmuwan dan peneliti muda Indonesia yang dianggap dianggap memiliki potensi dalam mengembangkan keilmuannya dan berkontribusi dalam pembangunan Tanah Air.
Baca Juga
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop menyerahkan The Australia Awards Hadi Soesastro Prize dan Allison Sudradjat Prize kepada 6 ilmuwan muda Indonesia di Murral Hall, di Gedung Parlemen, Canberra pada Senin 27 Maret 2017. Menurut rilis dari KBRI Australia yang diterima Australia Plus Indonesia yang dikutip Kamis (31/3/2017).
Advertisement
Dua penerima The Australia Awards Hadi Soesastro Prize 2017 adalah Abdil Mudhoffir yang sedang melakukan program doktor di University of Melbourne dan Sri Sugiarti yang sedang melakukan studi program doktor di the University of Western Australia.
Abdil Mudhoffir mendapatkan penghargaan ini atas kontribusinya dalam bidang ekonomi politik, sedangkan Sri Sugiharti terpilih atas kontribusinya dalam pengendalian malaria di Indonesia.
Sementara keempat ilmuwan muda Indonesia penerima Allison Sudradjat tahun 2017 ini adalah Multi Hariyani yang sedang menempuh pendidikan Master of Education di Monash University, Hans Peter Tari Herewila yang sedang menempuh pendidikannya program Master of Public Health di University of Melbourne.
Lalu sSstrawan yang sedang mengambil program PhD di School of Nursing and Midwifery di Monash University serta Heny Solekhah yang sedang menempuh nempuh pendidikan Master of Education di Flinders University.
Ketertarikan dan kiprah Sastrawan pada bidang keperawatan di wilayah Indonesia Bagian Timur membuatnya terpilih menerima penghargaan ini, sedangkan Heny sangat aktif dalam pengajaran bahasa Inggris di usia dini.
Bekerja sama dengan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat, Multi Hariyani ingin mengembangkan kariernya di bidang pendidikan anak usia dini dan Peter sangat tertarik dengan penyediaan kesehatan di wilayah terpencil.
Pemenang 2017 The Australia Awards Hadi Soesastro Prize ini tak hanya menerima piagam penghargaan, tapi masing masing juga menerima dukungan dana penelitian untuk mengembangkan karier di bidang yang selama ini ditekuninya maksimum sebesar 25.000 dolar Australia atau sekitar Rp 240 juta.
Asal Mula Hadi Soesastro Prize dan Allison Sudrajat Prize
Hadi Soesastro Prize mulai diinisiasi oleh Department Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia pada tanggal 3 April 2013 dan mulai diberikan pada tahun 2014 lalu.
Penghargaan ini diberikan untuk menghormati almarhum Prof. Hadi Soesastro yang telah berperan besar dalam meningkatkan hubungan baik Indonesia dan Australia.
Almarhum Professor Hadi Soesastro adalah ekonom dan pemikir yang sangat menonjol dan berkontribusi dalam pembangunan Indonesia dan pengembangan kerjasama di wilayah Asia-Pasifik. Perannya sebagai pengagas berdirinya Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan "friend of Australia" dinilai telah membantu menjembatani dan membangun hubungan baik antara Indonesia dan Australia dalam bidang ilmu yang ditekuninya.
Sepanjang kariernya Prof. Hadi Soesastro mememiliki ikatan yang sangat kuat dengan Australian National University sebagai Adjunct Professor dan menerima doktor kehormatan pada tahun 2009 sampai dengan meninggalnya pada tahun 2010 yang lalu.
Sementara Allison Sudradjat Prize diberikan dalam rangka mengenang jasanya sebagai Minister Counsellor untuk The Australian Agency for International Development, AusAID. Allison meninggal dunia pada tanggal 7 Maret 2007 ketika terjadi kecelakaan pesawat di Yogyakarta.
Allison selama 18 tahun karirnya memang mendedikasikan dirinya pada bidang pendidikan, termasuk menangani beasiswa ketika ditugaskan pertama kalinya di Jakarta pada tahun 1992-1995 dan juga menangani Australia Leaderships Award dari Indonesia pada tahun 2006.
Investasi Jangka Panjang Hubungan RI - Australia
Dalam sambutannya, Menlu Australia Julie Bishop menyatakan bahwa “hubungan Indonesia dan Australia sangat penting dalam berbagai bidang terutama politik, keamanan, ekonomi, budaya dan pendidikan karena tidak saja menyangkut kedua negara namun juga menyangkut kestabilan keamanan dan politik di kawasan regional Asia dan Pasifik".
Sampai dengan akhir tahun 2017, jumlah mahasiswa undergraduate yang melakukan program internship dan studi baik dalam jangka pendek dan jangka panjang mencapai 3200 orang sejak diluncurkannya program New Colombo Plan pada tahun 2014 sebagai proyek percontohan.
Dalam hal ini Indonesia menjadi negara tujuan studi terfavorit dibanding dengan 30 negara lainnya yang terlibat dalam program New Colombo Plan.
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini pemerintah Australia telah menyediakan beasiswa bagi 4.000 orang Indonesia yang untuk menempuh pendidikan master dan doktornya di Australia dalam berbagai bidang yang bermanfaat bagi pembangunan di Indonesia.
Penyediaan beasiswa baik bagi generasi muda Indonesia maupun untuk generasi muda Australia oleh pemerintah Australia dikatakan menteri Bishop sebagai investasi jangka panjang dalam membangun hubungan baik kedua negara yang bertetangga dekat ini.
Upaya pemerintahan Australia dalam meningkatkan jumlah mahasiswa Australia untuk menimba pengalaman dan melakukan studinya di Indonesia dan juga sebaliknya upaya pemerintah Indonesia yang mengirimkan mahasiswa untuk melakukan studinya di Australia merupakan langkah yang sangat positif mengingat people to people links dalam bidang pendidikan merupakan jembatan emas untuk meningkatkan pengertian di kalangan generasi muda kedua negara.
Acara penganugerahan penghargaan ini dihadiri ini turut dihadiri juga oleh pejabat tinggi dari pemerintah Australia (DFAT, Treasury, Finance and Education & Training), KUAI KBRI Canberra, Dubes Australia untuk Indonesia, akademisi, mahasiswa penerima beasiswa Australia Award dan mahasiswa penerima beasiswa New Colombo Plan dan praktisi pendidikan di Australia.
Advertisement