Jutaan Manusia Bakal Jadi Pengangguran Gara-Gara Robot?

Otomatisasi yang dilakukan para robot dinilai semakin murah, canggih dan lebih umum dalam sektor-sektor jasa yang lebih besar.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 18 Apr 2017, 07:21 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2017, 07:21 WIB
Robot humanoid
Ilustrasi robot humanoid.

Liputan6.com, Washington, D.C - Banyak perdebatan muncul mengenai dampak otomatisasi terhadap lapangan pekerjaan di AS. Robot-robot dinilai telah menggantikan jutaan buruh manufaktur, dan otomatisasi itu pun semakin murah, canggih dan lebih umum dalam sektor-sektor jasa yang lebih besar.

Bidang yang terjamah proses itu mulai dari transportasi sampai perbankan dan memiliki lebih banyak pekerjaan dibandingkan di pabrik-pabrik.

Wartawan VOA Jim Randle melaporkan, seorang pakar mengatakan puluhan juta pekerjaan bisa terancam akibat keberadaan robot. Sementara yang lain mengatakan gambarannya lebih rumit, dan tidak seburuk itu.

Lima juta pekerjaan manufaktur di AS hilang dalam beberapa tahun ini. Walaupun sebagian politisi menyalahkan perdagangan, banyak ekonom mengatakan otomatisasi merupakan penyebab utama karena robot-robot mengambil alih banyak tugas rutin yang sebelumnya dilakukan manusia untuk memperoleh upah lebih dari rata-rata.

Mobil dan truk swa-kemudi menunjukkan semakin meningkatnya dampak otomatisasi dalam sektor jasa yang jauh lebih besar. Jutaan pekerjaan manusia terancam, menurut seorang pakar pada Fakultas Bisnis Darden di Universitas Virginia, Profesor Ed Hess.

"Ya, manusia mulai tergantikan, dan itu akan terus terjadi dalam jumlah lebih besar karena kita masih dalam tahap awal otomatisasi sektor jasa, dan itu akan meluas dan mendalam," ujar Hess seperti dikutip dari VOA News, Selasa (18/4/2017).

Hess mengatakan pekerjaan di restoran cepat saji sangat rentan, karena perusahaan-perusahaan mendirikan kios-kios elektronik untuk mengambil pesanan restoran, meskipun McDonalds mengatakan para pekerja akan dialihkan ke tugas-tugas lain.

Hess mengatakan, riset menunjukkan hampir separuh pekerjaan di AS bisa diotomatisasi, termasuk pekerjaan ditoko-toko ritel, dokter yang memindai penyakit lewat x-ray, dan administrasi, bidang hukum, serta pekerjaan manajemen tingkat menengah.

Perbankan memperlihatkan perubahan otomatisasi, namun tidak serta-merta mengakhiri pekerjaan manusia.

Anjungan Tunai Mandiri atau ATM pertama dipasang 50 tahun lalu dan bertambah menjadi 420.000 di AS saja. Tetapi sebuah analisis oleh Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan bahwa jumlah petugas teller manusia tidak berkurang. Bahkan naik sedikit.

"Saya rasa karena manusia yang biasanya menjalankan sebagian besar tugas-tugas jasa dan rutin bisa diganti dengan otomatisasi, maka fungsi manusia menjadi lebih berharga dalam layanan konsumen dan penjualan," ujar Sam Ditzion dari Tremont Capital Group melalui Skype.

Ditzion mengatakan otomatisasi bisa menakutkan, tapi perawatan dan operasi mesin-mesin ATM yang rumit menciptakan serangkaian pekerjaan baru bagi puluhan ribu orang.

Banyak pakar khawatir mengenai dampak meningkatnya kemampuan dan jumlah kendaraan swa-kemudi, kios yang dioperasikan komputer, dan berbagai jenis otomatisasi lainnya, termasuk hal lain yang lebih canggih seperti intelijen buatan.

Tapi dalam wawancara dengan Mike Allen dari Axios, Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin mengatakan, hal itu tak perlu dikhawatirkan sampai 50 atau 100 tahun ke depan.

"Terkait kekhawatiran bahwa intelijen buatan akan mengambil alih pekerjaan Amerika, sepertinya kita masih jauh dari itu," ujar Mnuchin.

Tapi para pakar lain berargumen dampak otomatisasi oleh robot udah mulai bermunculan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya