Liputan6.com, Seoul - Militer Amerika Serikat mengumumkan, sistem pertahanan rudal kontroversial THAAD telah beroperasi di Korea Selatan. Seorang juru bicara militer AS mengatakan, sistem itu kini dapat mencegat rudal Korea Utara dan melindungi Korsel.
Namun menurut pejabat militer AS, kemampuan operasional penuh THAAD masih harus menunggu beberapa bulan lagi. Demikian seperti dilansir BBC, Selasa (2/5/2017).
Baca Juga
Kawasan Semenanjung Korea kini diwarnai ketegangan menyusul ancaman Korut melalui serangkaian uji coba rudal dan nuklir. AS meresponsnya dengan mengirimkan armada kapal perang termasuk sebuah kapal selam bertenaga nuklir, USS Michigan.
Advertisement
THAAD, yang merupakan singkatan dari Terminal High Altitude Area Defence, dipasang pekan lalu di sebuah area bekas lapangan golf di pusat wilayah Seongju. Pemasangan sistem THAAD sendiri dilakukan di tengah aksi protes.
Mayoritas warga setempat percaya bahwa sistem ini merupakan target potensial serangan Pyongyang dan dapat membahayakan kehidupan mereka yang tinggal di dekatnya.
China yang belakangan "akrab" dengan pemerintahan Donald Trump juga memprotes keberadaan THAAD. Beijing meyakini jangkauan radar sistem tersebut dapat mengganggu keamanan operasi militer mereka.
Seorang juru bicara pasukan AS yang berbasis di Korsel mengatakan, THAAD sekarang "telah beroperasi dan memiliki kemampuan untuk mencegat rudal Korut dan melindungi Republik Korea."
Namun seorang pejabat pertahanan AS mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa sistem pertahanan tersebut saat ini hanya memiliki "kemampuan mencegat tahap awal" dan akan ditingkatkan pada akhir tahun.
Korut dan AS saling lempar retorika panas dalam beberapa pekan terakhir menyusul sikap Pyongyang yang bersikeras menentang larangan PBB untuk melakukan uji coba rudal.
Pyongyang sendiri telah gagal dalam dua uji coba rudalnya. Meski demikian, mereka menegaskan siap melaksanakan tes nuklir keenamnya kapan saja.
THAAD mampu menembak rudal balistik jarak pendek dan menengah dalam tahap akhir perjalanan mereka. Sistem pertahanan tersebut menggunakan teknologi "hit to kill" di mana energi kinetik akan menghancurkan hulu ledak yang masuk.
Sistem peluru kendali (rudal) antibalistik milik Angkatan Darat AS tersebut dapat menjangkau jarak 200 kilometer dan ketinggian 150 kilometer.
Sebelumnya, AS telah lebih dulu menempatkan THAAD di Guam dan Hawaii sebagai antisipasi menghadapi potensi serangan Korut.