Demi Permata, Perempuan Ini Rela 10 Tahun Menyamar Jadi Pria

Nyaris selama 10 tahun Pili menyamar sebagai pria saat bekerja di pertambangan tanzanite. Kedoknya terbongkar saat ia dituduh memerkosa.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 15 Mei 2017, 20:00 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2017, 20:00 WIB
Pili Hussein, perempuan yang menyamar saat menjalani profesi sebagai penambang
Pili Hussein, perempuan yang menyamar saat menjalani profesi sebagai penambang (UN WOMEN/Deepika Nath)

Liputan6.com, Dodoma - Mimpi Pili Hussein untuk menambang batu berharga yang disebut-sebut lebih bernilai dibanding berlian sempat terhalang oleh takdirnya: terlahir sebagai perempuan.

Namun, ia tidak menyerah, dengan berpakaian seperti laki-laki ia mengelabui banyak mata selama hampir satu dekade.

Pili tumbuh di sebuah keluarga besar di Tanzania. Ayahnya merupakan pemilik peternakan besar yang punya enam istri dan 38 anak.

Meski tumbuh dalam perawatan yang baik, tetapi tetap saja perempuan itu merasa kurang mendapat kasih sayang.

"Ayah saya memperlakukan saya seperti anak laki-laki dan saya diberi ternak untuk diurus, tapi saya sama sekali tidak suka kehidupan seperti itu," ujar Pili seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Senin (15/5/2017).

Pernikahan juga tidak membahagiakan Pili. Pada usia 31 tahun, ia memutuskan kabur dari suaminya yang kasar.

Pili yang malang memutuskan mencari kerja di Mererani, sebuah kota kecil di kaki gunung Kilimanjoro, satu-satunya tempat penambangan batu permata berwarna biru (tanzanite) di dunia.

"Saya tidak bersekolah, jadi saya tidak punya banyak pilihan. Wanita tidak diizinkan ke daerah pertambangan, jadi saya datang ke sana dengan gagah menyamar sebagai pria, seorang yang kuat. Saya ambil celana panjang, saya potong pendek. Itulah yang saya lakukan," ungkap perempuan itu.

Tak sampai di situ saja, Pili juga mengganti namanya.

"Saya dipanggil Uncle Hussein, saya tidak menceritakan kepada siapa pun tentang nama asli saya. Bahkan sampai hari ini, jika Anda datang ke sana mereka tetap menyebut saya, Uncle Hussein," tutur Pili.

Dalam sebuah terowongan yang sempit, panas, dan kotor, Pili bekerja selama 10-12 jam setiap hari. "Saya dapat turun hingga 600 meter ke dalam tambang. Saya melakukannya dengan lebih berani dibanding banyak pria."

Tidak ada yang menduga bahwa "pria" tangguh itu ternyata kedok penyamaran seorang wanita.

"Saya berlagak seperti gorila. Saya bisa berantem, bahasa saya kasar, saya bisa membawa pisau besar seperti seorang (pejuang) Maasai. Tidak seorang pun tahu saya seorang wanita karena semua yang saya lakukan, saya lakukan layaknya seorang laki-laki," terang Pili.

Sekitar satu tahun bekerja di tambang, tepatnya setelah menemukan dua bongkahan besar dari batu tanzanite, Pili menjadi orang berada. Dengan uang yang dihasilkannya, ia membangun rumah bagi ayah, ibu, dan saudara kembarnya.

Ia juga membeli peralatan dan mulai mempekerjakan orang di pertambangan.

Dalam penyamaran, fisik Pili begitu meyakinkan. Namun, identitas aslinya terungkap setelah terjadi sebuah insiden pemerkosaan.

Seorang wanita setempat melaporkan bahwa ia diperkosa sejumlah penambang. Pili pun ditahan sebagai tersangka.

"Ketika polisi datang, pelaku pemerkosaan mengatakan 'ini orangnya' dan saya pun digelandang ke kantor polisi," kisah perempuan itu.

Maka Pili tidak lagi bisa menyembunyikan identitas aslinya. Ia meminta petugas polisi memanggil seorang perempuan untuk memeriksa fisiknya demi membuktikan bahwa ia tidak bertanggung jawab atas tindak pemerkosaan tersebut.

Tidak lama ia dibebaskan. Namun, di lain sisi, rekan-rekannya tidak dapat menutup rasa kaget mereka mengetahui sosok yang mereka panggil Uncle Hussein adalah seorang wanita!

"Mereka bahkan tidak percaya ketika polisi mengatakan saya seorang perempuan. Tidak mudah bagi mereka untuk menerima hingga akhirnya tahun 2001 saya menikah," kata Pili.

Harus diakui Pili, tidak mudah menemukan pasangan hidup ketika semua orang memandangnya sebagai seorang pria.

"Pertanyaan di benaknya (sang suami) selalu, 'apakah dia benar-benar perempuan?' Butuh waktu lima tahun bagi dia untuk mendekati saya," kenang perempuan itu.

Kini, Pili meraih sukses. Ia punya perusahaan tambang sendiri dengan 70 karyawan. Tiga dari stafnya adalah wanita, tapi mereka bekerja sebagai juru masak bukan penambang.

Dijelaskan Pili, meski wanita tidak lagi asing di tambang, tetapi jumlah penambang wanita sangat sedikit sekarang.

"Beberapa mencuci batu, ada pula pialang, dan tukang masak. Tapi mereka tidak turun ke tambang, tidak mudah bagi perempuan melakukan apa yang saya lakukan," imbuh dia.

Kesuksesan Pili memungkinkan ia membiayai pendidikan lebih dari 30 ponakan, sepupu, dan cucunya.

"Saya bangga dengan apa yang telah saya lakukan, itu membuat saya kaya, tetapi sungguh berat bagi saya. Saya ingin memastikan anak-anak saya berpendidikan agar mereka bisa menjalankan hidup dengan cara yang berbeda, jauh dibanding apa yang saya alami," ujar Pili.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya