Liputan6.com, Marawi - Di tengah pertempuran dengan militer Filipina, kelompok militan di kota Marawi dikabarkan telah membunuh 19 warga sipil. Dengan demikian, jumlah korban meninggal sejak konflik di Marawi yang berlangsung nyaris satu pekan mencapai 85 orang.
Kekerasan yang pecah di Marawi telah mendorong Presiden Rodrigo Duterte menetapkan darurat militer di sepertiga bagian selatan Filipina pada 23 Mei lalu. Menurutnya, langkah tersebut guna menumpas ancaman militan yang berafiliasi dengan ISIS.
Seperti dilansir The Guardian, Minggu (28/5/2017) pihak berwenang mengatakan, di antara 19 warga sipil yang dibunuh terdapat tiga perempuan dan seorang anak. Mereka ditemukan tewas di dekat sebuah universitas.
Advertisement
"Ini adalah warga sipil, perempuan. Para teroris ini anti-manusia. Kami menemukan jasad mereka ketika melakukan operasi penyelamatan," ungkap juru bicara militer regional Letnan Kolonel Jo-ar Herrera.
Seorang fotografer Agence France-Presse mengatakan, ia melihat delapan jasad lainnya di jalan di pinggiran Marawi pada Minggu. Penduduk setempat mengidentifikasi mereka sebagai pekerja penggilingan padi dan seorang lainnya sebagai mahasiswa kedokteran.
Herrera mengatakan, belum ada penyelidikan atas laporan temuan jasad tersebut.
Kekerasan di Marawi pecah saat puluhan anggota kelompok militan menyerbu kota itu setelah aparat keamanan berusaha menangkap Isnilon Hapilon, seorang veteran militan Filipina yang diyakini sebagai pemimpin ISIS di kawasan itu.
Segera setelahnya, bendera hitam ISIS berkibar dan kelompok militan dilaporkan menculik seorang pendeta dan 14 jemaat gereja. Mereka juga membakar sejumlah bangunan.
Dari total 85 korban tewas, terdapat 51 anggota kelompok militan dan 13 tentara. Sementara itu, sebagian besar penduduk Marawi memutuskan mengungsi.
"Penolakan mereka untuk menyerah membuat kota tersandera. Oleh karena itu, semakin penting untuk menggunakan lebih banyak serangan udara demi membersihkan kota dan mengakhiri pemberontakan ini," terang juru bicara militer Brigadir Jenderal Restituto Padilla.
Presiden Duterte dan pimpinan militer mengatakan, sebagian besar militan berasal dari kelompok Maute yang diperkirakan memiliki sekitar 260 pengikut. Maute telah berikrar setia kepada ISIS.
Duterte menambahkan, penjahat lokal juga turut mendukung kelompok Maute di Marawi.