Liputan6.com, Oslo: Aktivis prodemokrasi Cina Liu Xiaobo meraih Hadiah Nobel Perdamaian, Jumat (8/1). Komite Nobel Norwegia memuji Liu atas perjuangannya yang panjang dan tanpa kekerasan bagi hak asasi manusia di Cina.
Reuters melaporkan, Liu dipenjarakan 11 tahun mulai Desember 2009 karena melakukan kegiatan subversi terhadap kekuasaan negara. Sebelumnya, dia ditahan karena menjadi tokoh utama Piagam 08, manifesto para intelektual Cina dan aktivis yang isinya meminta kebebasan menyatakan pendapat dan pemilu multipartai.
Liu yang juga profesor sastra menjadi terkenal sejak memimpin unjuk rasa saat huru-hara di Lapangan Tiananmen pada 1989. Setelah itu dia dipenjarakan selama 20 bulan dan kemudian menghabiskan waktu tiga tahun dalam kamp dan berada dalam tahanan rumah.
Saat berkunjung ke Oslo, Wakil Menteri Luar Negeri Cina Fu Ying memperingatkan ketua Institut Nobel agar tak memberikan penghargaan tersebut kepada Liu. Pemberian nobel akan merusak hubungan antara Cina dan Norwegia. Cina berpendapat, tindakan Liu sama sekali bertentangan dengan tujuan-tujuan hadiah Nobel [baca: Cina Peringatkan Panitia Nobel].(ULF)
Reuters melaporkan, Liu dipenjarakan 11 tahun mulai Desember 2009 karena melakukan kegiatan subversi terhadap kekuasaan negara. Sebelumnya, dia ditahan karena menjadi tokoh utama Piagam 08, manifesto para intelektual Cina dan aktivis yang isinya meminta kebebasan menyatakan pendapat dan pemilu multipartai.
Liu yang juga profesor sastra menjadi terkenal sejak memimpin unjuk rasa saat huru-hara di Lapangan Tiananmen pada 1989. Setelah itu dia dipenjarakan selama 20 bulan dan kemudian menghabiskan waktu tiga tahun dalam kamp dan berada dalam tahanan rumah.
Saat berkunjung ke Oslo, Wakil Menteri Luar Negeri Cina Fu Ying memperingatkan ketua Institut Nobel agar tak memberikan penghargaan tersebut kepada Liu. Pemberian nobel akan merusak hubungan antara Cina dan Norwegia. Cina berpendapat, tindakan Liu sama sekali bertentangan dengan tujuan-tujuan hadiah Nobel [baca: Cina Peringatkan Panitia Nobel].(ULF)