Pelukan Donald Trump untuk PM Modi: Simbol Keakraban AS-India

Presiden Trump sambut PM Modi di Gedung Putih. Keduanya membahas sejumlah isu, mulai dari perdagangan, Pakistan, hingga terorisme.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 27 Jun 2017, 17:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2017, 17:00 WIB
PM India Narendra Modi dan Presiden AS Donald Trump (AP)
PM India Narendra Modi dan Presiden AS Donald Trump (AP)

Liputan6.com, Washington, DC - 'Teman sejati' -- begitulah cara Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggambarkan India saat dirinya menyambut kedatangan Perdana Menteri Narendra Modi ke Gedung Putih pada Senin 26 Juni 2017. Pertemuan itu juga menandai perjumpaan pertama kali kedua kepala negara.

Kedua pemimpin, di hadapan kamera pers, juga asyik bersalaman dan berpelukan, menyimbolkan AS dan India yang nampak seperti kawan akrab.

"Masa depan kemitraan kami tak pernah secerah ini," jelas Presiden Trump.

Pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih empat jam itu --termasuk perhelatan makan malam formal-- membahas berbagai isu, mulai dari perdagangan hingga terorisme. Demikian seperti yang dikutip dari The Indian Express, Selasa (27/6/2017).

Untuk isu terorisme, keduanya menegaskan kepada Pakistan agar negara tetangga India itu menghentikan dukungannya terhadap organisasi teroris.

"Kedua negara kita telah terpukul oleh kejahatan terorisme, dan kita bertekad untuk menghancurkan organisasi teroris dan ideologi radikal yang mendorong mereka. Kami akan menghancurkan terorisme radikal berbasis agama," ujar Presiden Trump dalam pernyataan pers.

"Memerangi terorisme akan menjadi salah satu bagian penting dari kerjasama kami," jelas PM Modi melengkapi pernyataan Presiden Trump.

Kedua kepala negara juga secara khusus meminta Pakistan untuk mengadili pelaku Mumbai 26 November 2008, serangan Pathankot 2016, dan serangan teroris lintas batas lainnya yang dilakukan oleh kelompok teroris berbasis di Pakistan.

Sementara itu, untuk isu perdagangan, presiden ke-45 AS itu meminta agar relasi Washington dengan New Delhi dapat berlangsung secara 'adil dan resiprokal' dan berharap agar defisit perdagangan antara kedua negara yang saat ini mencapai hampir US$ 31 miliar, dapat kembali pulih.

"Agar segala penghambat aktivitas ekspor-impor dapat diatasi dan agar kami dapat memulihkan defisit perdagangan dengan anda," jelas Presiden Trump.

Presiden Trump juga menyambut pemesanan 205 pesawat Boeing produksi AS yang dipesan oleh maskapai penerbangan India, Spicejet. Ia menilai bahwa relasi perdagangan itu, menguntungkan AS dari segi finansial dan ketenagakerjaan-- dengan menyelematkan 132.000 lapangan pekerjaan bagi warga Negeri Paman Sam.

PM Modi juga menjelaskan bahwa India akan terus memperkuat kemitraan perdagangan dan manufaktur yang sudah ada atau akan menguntungkan kedua negara.

Keduanya berharap bahwa reformasi pajak yang diluncurkan oleh AS - India akan 'membuka peluang ekonomi yang sangat besar'.

Selain itu, dalam pernyataan bersama, Trump - Modi juga membahas mengenai strategi penguatan energi. Khususnya mengenai kesepakatan antara Nuclear Power Corporation India (NPCI) dan Westinghouse Electric Company AS.

Trump dan Modi berharap kesepakatan dan pembiayaan proyek enam reaktor nuklir akan segera selesai. India - AS juga mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan hubungan energi dan memperluas hubungan inovasi di seluruh sektor sambil memperdalam kerja sama mengenai teknologi bahan bakar fosil yang efisien serta penyimpanan energi jangka panjang.

Pembiayaan proyek energi --termasuk batubara-- yang didanai oleh Multilateral Development Banks, juga dibahas dalam pembicaraan tersebut.

Meskipun tidak ada kesepakatan eksplisit mengenai kesepakatan iklim Paris, kedua pemimpin meminta pendekatan rasional yang menyeimbangkan kebijakan lingkungan dan iklim, pembangunan ekonomi global, serta kebutuhan keamanan energi.

Kedua pemimpin itu juga berniat menjadikan AS dan India menjadi penatalayan untuk kemitraan dan stabilitas di kawasan Asia Pasifik.

Secara tersirat, Trump - Modi juga mengungkit tentang Belt and Road Initiatives yang digagas oleh Tiongkok, dan menyatakan bahwa India dan AS menolak untuk menjadi bagian dari kebijakan Tiongkok tersebut.

Keduanya menyatakan akan 'memperkuat konektivitas ekonomi regional melalui pengembangan infrastruktur yang transparan dan penggunaan praktik pembiayaan hutang yang bertanggung jawab, memastikan penghormatan terhadap kedaulatan, integritas teritorial, peraturan dan hukum lingkungan, serta meminta negara lain di kawasan untuk patuh pada ketentuan itu.'

Modi dan Trump juga menyepakati akan bertindak tegas pada isu misil dan hulu ledak nuklir Korea Utara. Keduanya juga menegaskan Korut untuk menghentikan program persenjataan tersebut.

Pada pertemuan Senin 26 Juni 2017 itu, Modi dan Trump menggembor-gemborkan kerja sama militer antara AS dengan India. Keduanya juga berniat untuk meningkatkan kemitraan di sektor tersebut.

Pemerintahan Trump mengatakan, bahwa mereka akan memberikan India segala jenis teknologi militer dan pertahanan yang diproduksi AS. Sebagai bukti, Kemlu AS menyetujui penjualan pesawat angkut militer C-17 senilai US$ 365 juta.

Kabinet Trump juga akan berencana menawarkan penjualan senilai US$ 2 miliar untuk pesawat nirawak produksi negeri Paman Sam untuk membantu pengamanan kawasan Samudera Hindia.

Kerja sama perdagangan di sektor alutsista militer itu dinilai akan semakin memperkuat relasi kedua negara. Sejak 2008, India telah menandatangani kontrak pertahanan senilai lebih dari US$ 15 miliar dengan AS.

Sejumlah pakar menilai bahwa, desakan Trump - Modi kepada Pakistan untuk menghentikan dukungan terhadap organisasi teroris dan sejumlah kerjasama militer AS - India, akan memperumit relasi ketiga negara.

Saat ini, akibat sejumlah konflik yang menumpuk, India memutus hubungan diplomasi dengan Pakistan. Terakhir pada akhir 2016, kedua negara sempat terlibat dalam konflik bersenjata di kawasan perbatasan yang dipicu oleh perebutan pencaplokan wilayah. Konflik bersenjata itu menandai pemutusan hubungan diplomatik antara kedua negara pada Desember 2016.

Akan tetapi, pada pertemuan itu Presiden Trump juga menyebut bahwa AS tertarik untuk meneruskan kerja sama dengan Pakistan. Ia juga khawatir dengan tensi yang tinggi antara New Delhi dengan Islamabad.

Saksikan juga video berikut ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya