Pengakuan UNESCO untuk Pulau di Jepang yang Terlarang bagi Wanita

Sebuah lokasi religius kuno yang terlarang bagi kaum wanita dinyatakan sebagai situs Warisan Dunia oleh Badan Budaya PBB UNESCO.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 10 Jul 2017, 15:30 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2017, 15:30 WIB
Pulau Okinoshima, 60 km dari Munakata city, Fukuoka prefecture. (AFP)
Pulau Okinoshima, 60 km dari Munakata city, Fukuoka prefecture. (AFP)

Liputan6.com, Kyushu - Pulau Okinoshima, Jepang, sebuah lokasi religius kuno yang terlarang bagi kaum wanita, dinyatakan sebagai situs Warisan Dunia oleh Badan Budaya PBB UNESCO, demikian diberitakan BBC.

Menurut Channel News Asia, Senin (10/7/2017), situs di wilayah Munakata, Prefektur Fukuoka itu diberi status sebagai World Heritage atau Warisan Dunia pada sesi ke-41 UNESCO World Heritage Committee yang diadakan di Polandia, Minggu 9 Juli waktu setempat.

Dalam kesempatan tersebut, komite warisan UNESCO mempertimbangkan 33 situs untuk diberikan status bergengsi pada pertemuan tahunannya di Polandia, akhir pekan ini.

Di antara yang mendapat status Warisan Dunia adalah Sambor Prei Kuk di Kamboja, yang dalam bahasa Khmer berarti "kuil di hutan yang kaya" (temple in the richness of the forest). Lokasinya terletak 206 km utara ibu kota Phnom Penh.

Lake District di Inggris yang terletak di barat laut negara itu juga dinobatkan sebagai situs Warisan Dunia oleh UNESCO.

Kisah Pulau yang Terlarang Bagi Wanita

Okinoshima menerapkan tradisi keagamaan Shinto. Aturan yang melarang perempuan datang sudah berlaku sejak zaman kuno.

Pulau ini berada di antara pulau utama Kyushu di barat daya Jepang dan Semenanjung Korea.

Okinoshima adalah rumah bagi Kuil Okitsu-Miya dari abad ke-17 yang dibangun untuk berdoa demi keselamatan para pelaut.

Menurut Japan Times, aturan kuno pulau tentang jumlah pembatasan pengunjung masuk telah diberlakukan sejak lama. Hanya 200 wisatawan yang diperbolehkan setiap tahunnya.

Sementara, menurut Bangkok Post, ada juga larangan total untuk pengunjung wanita.

Berdasarkan pemberitaaan BBC, bahkan laki-laki pun harus berhati-hati saat berkunjung. Pakaian mereka harus dilucuti dan menjalani ritual pemurnian sebelum tiba di sana.

Mereka yang berkesempatan berkunjung juga tak diperkenankan mengambil apa pun sebagai "suvenir" ketika meninggalkan pulau, sekalipun itu rumput. Perincian perjalanan mereka pun tak boleh dipublikasikan.

Melansir dari News.com.au, seluruh penjuru Pulau Okinoshima dianggap sebagai tanah suci. Populasinya terdiri dari para pendeta Shinto yang memelihara kuil, yang merupakan bagian dari Munakata Grand Shrine.

Merekalah yang menegakkan larangan bagi perempuan untuk berkunjung ke Okinoshima. Namun, tak diketahui pasti apa alasan adanya larangan tersebut.

Jauh sebelum tempat suci itu dibangun, Okinoshima konon digunakan untuk ritual mendoakan para pelaut dan hubungan perdagangan dengan orang Korea dan China.

Ribuan artefak yang dibawa sebagai hadiah dari luar negeri telah ditemukan di pulau itu, termasuk cincin emas dari Semenanjung Korea.

Saat ini, pulau itu hampir tidak pernah dikunjungi. Kaum pria diperbolehkan datang sekali setahun pada 27 Mei untuk hadir dalam festival yang diadakan untuk menghormati roh-roh prajurit Jepang dan Rusia yang meninggal dalam pertempuran di Laut Jepang pada 1905.

Ada keberatan dengan aturan bahwa hanya laki-laki yang boleh di Okinoshima, termasuk oleh kelompok Hindu yang tahun lalu menolak UNESCO memberikan status World Heritage, kecuali pulau itu, memungkinkan perempuan untuk datang ke sana.

Sementara, lainnya menyebut aturan larangan terhadap kunjungan perempuan akan tetap ada, meski status dari UNESCO diberikan.

Saksikan video menarik berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya