Nenek Thailand Raih Gelar Sarjana di Usia 91 Tahun

Kimlan Jinakul merengkuh gelar sarjana di umur 91 tahun yang merupakan cita-citanya semasa kecil.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 10 Agu 2017, 13:40 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2017, 13:40 WIB
Jadi Orang Sukses Nggak Harus Miliki IPK tinggi
Ilustrasi sarjana. (via: hrreview.com)

Liputan6.com, Bangkok - Pepatah mengatakan, 'tidak ada kata terlambat untuk belajar'. Ungkapan tersebut sudah dibuktikan oleh seorang perempuan Thailand Kimlan Jinakul.

Jinakul akhirnya mendapat gelar sarjana di usia sangat lanjut, 91 tahun.

Semasa kecil, sama seperti anak-anak lain ia bercita-cita untuk merengkuh gelar pendidikan ketika muda nanti. Apalagi, Jinakul yang berasal dari Provinsi Lampang Thailand Utara adalah siswa teladan.

Kecerdasannya diakui satu provinsi. Ia pun mendapat kesempatan belajar di SMA terbaik di daerah tersebut.

Lulus SMA, kesempatan masuk universitas tak pernah datang. Bersama keluarga besarnya, Jinakul pindah ke Bangkok kemudian menikah.

Menjalan bahtera rumah tangga otomatis membuat mimpi Jinakul mengenyam pendidikan tinggi sirna saat itu.

Punya 'keinginan tak terwujud', Jinakul melampiaskan ke seluruh anaknya yang berjumlah lima orang.

Semuanya, didorong untuk belajar setinggi mungkin, demi mendapatkan gelar akademik.

"Saya selalu berpikir dan menginginkan anak saya untuk belajar. Jadi saya mendorong dan mendukung mereka ketika mereka belajar di Universitas," ucap Jinakul seperti dikutip dari BBC, Kamis (10/8/2017).

Dorongan tersebut berbuah manis. Empat dari anaknya mendapat gelar master dari universitas setempat dan seorang lagi memperoleh gelar PhD di AS.

Gelar-gelar tersebut pun memicu Jinakul. Di umur 72 tahun, perempuan tersebut menggali kembali mimpinya dan memulai belajar di Universitas Terbuka Sukhothai Thammathirat.

Tak lama belajar, Jinakul memutuskan berhenti. Kematian seorang anaknya adalah penyebabnya.

Tak mau larut dalam kesedihan di umur 82 tahun, Jinakul kembali ke kampus dan memilih jurusan Ekologi Manusia. Ia ingin setelah lulus, dirinya bisa mengajar bagaimana cara hidup baik dan bahagia.

"Setelah sembuh dari rasa kehilangan dan kesedihan saya mendorong diri saya melanjutkan program ini. Saya berharap jiwa anak saya akan senang melihat ini," kata dia.

Selama belajar, Jinakul mengatakan, ia rutin bangun pagi dan memberi sedekah pada biksu.

Selain itu, Jinakul sering menghabiskan waktu di kuil. Bukan cuma untuk berdoa, tetapi waktu di tempat ibadah itu dipakai juga buat belajar.

"Tidak ada kata terlambat. Pikiran saya tetap penuh konsentrasi dan tajam untuk belajar," kata Jinakul.

"Dunia tidak pernah berhenti. Selalu ada masalah baru untuk diselesaikan. Jika tidak ada pengetahuan baru, maka dunia berhenti menjadi makmur," sebutnya.

Ketika ditanya mengenai resep suksesnya, Jinakul mengatakan, dia bisa sampai sejauh ini karena ambisi.

"Ketika saya memberi tahu diri saya untuk menyelesaikan bagian pertama, saya akan melakukan yang terbaik. Saya menggarisbawahi semua poin penting yang butuh untuk diingat. Itu sangat membantu saya."

"Saya senang ketika berhasil dan sedih saat gagal. Jadi saya terus mengambil remedial sampai saya berhasil," sambungnya.

Setelah lulus, Jinakul sebenarnya yakin tak ada perusahaan yang mau mempekerjakan. Tapi dia sudah punya rencana ke depan.

"Saya akan melanjutkan mengurus cucu."

Simak video berikut

 

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya