Minyak Hingga Gas, Ini Barang yang Diekspor Rusia ke Dunia

Pada 2016, Rusia menghasilkan 176 miliar dolar AS dari penjualan hidrokarbon, sementara total pendapatan ekspor berjumlah 285 miliar dolar.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 10 Sep 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2017, 12:00 WIB
Moskow memiliki banyak produk untuk diekspor ke luar negeri (RBTH Indonesia/Ekaterina Lobanova)
Moskow memiliki banyak produk untuk diekspor ke luar negeri (RBTH Indonesia/Ekaterina Lobanova)

Liputan6.com, Moskow - Selama lebih dari satu dekade, pemerintah Rusia telah berupaya menganekaragamkan komoditas untuk dijual keluar negeri demi mengakhiri ketergantungan terhadap minyak dan gas.

Dikutip dari laman RBTH Indonesia, Minggu (10/9/2017), meski tingkat kesuksesannya naik turun, minyak tetap merupakan barang dagangan utama, meski ada juga barang Rusia lain yang diminati di seluruh dunia.

Tsar Alexander III (berkuasa pada 1881-1894) pernah mengatakan, "Rusia hanya punya dua sekutu: angkatan darat dan angkatan lautnya" yang berarti, Rusia hanya dapat bergantung pada diri sendiri.

Kutipan ini sudah menjadi slogan dan dijadikan bahan kelakar dalam berbagai situasi. Versi yang paling populernya, Rusia hanya punya dua aliansi untuk sumber pendapatan internasionalnya, yaitu minyak dan gas.

Menurut data tahun 2016 milik Pusat Ekspor Rusia (REC), hidrokarbon berperan penting dalam aktivitas ekspor Rusia. Produk bahan bakar dan energi (minyak, gas, serta produk olahannya) berjumlah 62 persen dari total ekspor Rusia, jauh lebih banyak dari yang lain.

Pada 2016, Rusia menghasilkan 176 miliar dolar AS dari penjualan hidrokarbon, sementara total pendapatan ekspornya berjumlah 285 miliar dolar AS.

Minyak dan Gas, Berkah atau Kutukan?

Logis bila minyak dan gas telah menjadi barang ekspor utama Rusia selama berpuluh-puluh tahun. Rusia memiliki cadangan gas alam terbesar di dunia (24 persen dari total cadangan global) dan cadangan minyak terbesar keenam di dunia (6,1 persen dari total cadangan global).

Di saat yang bersamaan, ketergantungan negara terhadap minyak dan gas juga menimbulkan masalah.

Pertama, hal ini membuat Rusia rentan akan fluktuasi harga minyak dan gas. Menurut laporan REC, pada 2016 nilai ekspor negara turun 17 persen (58 miliar dolar AS) dibanding 2016, karena penurunan tajam harga minyak di awal tahunnya.

Setelah para anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) -- termasuk Rusia -- setuju untuk membatasi produksi minyak, harganya meningkat lagi.

Menurut pakar, ini akan membuat pendapatan Rusia kembali meningkat pada 2017. Tetap saja, tidak ada negara yang dapat pasar minyak kebal dari fluktuasi dan ketidakstabilan.

Kedua, karena semakin populernya sumber energi alternatif, hidrokarbon dianggap akan ditinggalkan. Namun begitu Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada 2016 bahwa masih terlalu dini untuk memperkirakan berakhirnya era penggunaan hidrokarbon.

Pemerintah Rusia juga mengatakan bahwa ketergantungan terhadap minyak dan gas itu berbahaya, namun menurut pakar (seperti mantan Menteri Keuangan Rusia Alexei Kudrin) situasinya tidak akan berubah hingga 10 tahun ke depan. Selain minyak dan gas, Rusia juga salah satu pemasok utama batu bara.

 

Logam, Permesinan, dan Senjata

Selain minyak dan gas, Rusia paling banyak mengekspor logam dan produk logamnya, yang berjumlah 10 persen dari total ekspor.

Logam yang paling laris dijual adalah aluminium dan paduannya. Menurut statistik dari REC, ini berjumlah 4,6 persen dari total penjualan produk non-bahan bakar Rusia tahun lalu. Rusia juga mengekspor produk setengah jadi yaitu baja non-paduan, lembaran logam, tembaga, dan nikel.

Rusia juga mengekspor barang jadi terutama permesinan dan perlengkapan. Pada 2016, dua hal ini berjumlah 7,3 persen dari total ekspor. Barang yang paling laris adalah mesin, diikuti reaktor nuklir dan mobil. Untuk mobil, tidak hanya yang dibuat oleh produsen asal Rusia AvtoVAZ, tapi juga mobil yang dibuat di Rusia berdasarkan lisensi, seperti Volkswagen dan Renault.

Untuk senjata, sejak era Soviet, Rusia telah menjual produk militernya bagi siapa pun yang tertarik. Menurut Perdana Menteri Dmitry Medvedev, Rusia menghasilkan 15 miliar dolar AS dari ekspor senjata pada 2016.

Menurut data dari Institut Penelitian untuk Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), Dalam lima tahun terakhir, Rusia telah menjadi pengekspor senjata terbesar kedua di dunia setelah AS, dengan jumlah 23 persen dari total ekspor senjata dunia. Kedua negara adidaya ini memasok lebih dari setengah jumlah senjata yang ada di pasar dunia.

Rajanya Gandum

Produk ekspor terbesar selanjutnya adalah produk kimia (6 persen), pangan, dan bahan mentah pertanian (5,2 persen). Politisi Rusia mengatakan bahwa pertanian Rusia laku keras sebagai hasil dari sanksi dari Uni Eropa dan AS, dan Rusia juga siap memperluas ekspor pangannya.

Produk pangan utama yang diharapkan dapat maksimal adalah gandum. Menteri Pertanian Alexander Tkachev berkali-kali mengatakan bahwa Rusia telah menjadi salah satu pionir ekspor gandum dunia sejak beberapa tahun ini. Pada tahun pertanian terakhir (Juni 2016 sampai Juni 2017), Rusia menekspor 27,1 juta ton gandum ke pasar dunia, hanya kalah dari AS dengan jumlah 28,1 juta ton.

 

Saksikan video pilihan berikut ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya