Liputan6.com, Canberra - Gelombang pertama dari para pengungsi asal pusat penahanan lepas pantai Australia yang dimukimkan kembali di Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan tiba di Negeri Paman Sam dalam waktu seminggu.
Lima puluh empat pria, perempuan dan anak-anak dari Pulau Manus dan Nauru telah diberitahu bahwa mereka telah diterima dalam Program Penerimaan Pengungsi AS, di bawah kesepakatan antara Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dan mantan Presiden AS Barack Obama.
Baca Juga
Para pengungsi di Pulau Manus telah diberitahu bahwa mereka akan diterbangkan ke Port Moresby pada hari Senin 25 September dan kemudian bersambung ke AS dua hari kemudian.
Advertisement
Pengungsi Sudan, Abdul Aziz Adam, mengatakan, tiga temannya telah disetujui untuk masuk AS.
"Ketika mereka memberi tahu teman-teman bahwa mereka sudah menerima dokumen, mereka bahkan tak percaya ini benar-benar nyata," tuturnya seperti dikutip dari australiaplus pada Kamis (21/9/2017).
"Ini benar-benar nyata dan pusat penahanan sekarang ini mengadakan perayaan kecil."
"Yang lainnya menangis karena beberapa teman terbaik mereka meninggalkan pusat penahanan tapi mayoritas, mereka sangat bahagia," ujar Abdul Aziz.
"Terutama orang-orang yang telah menerima catatan resmi, mereka sangat bahagia."
Pengungsi Rohingya, Jalaluddin Mohammad, adalah salah satu pria di Pulau Manus yang telah disetujui untuk masuk ke AS.
"Sekarang saya yakin saya bisa pergi ke Amerika, Amerika adalah negara yang baik, saya ingin (pergi) ke negara yang aman," katanya.
Kesepakatan tersebut telah membuat marah Presiden AS Donald Trump. Namun, PM Turnbull menggambarkan berita pemukiman kembali itu sebagai sebuah perkembangan yang baik.
"Itu adalah kesepakatan yang saya buat dengan pendahulunya, Barack Obama. Presiden Trump jelas memiliki beberapa keberatan tentang hal itu," katanya kepada Channel Seven.
"Tapi bagaimanapun, ia menghormati komitmen dari pendahulunya dan saya ingin berterima kasih padanya karena telah melakukan hal itu."
Berita tersebut muncul saat para pengungsi lainnya di Pulau Manus diberitahu untuk membawa barang-barang mereka dan keluar dari pusat penahanan sebelum ditutup pada akhir Oktober.
Orang-orang yang dinyatakan sebagai pengungsi bisa pindah ke Pusat Transit Lorengau Timur yang berada di dekat kota utama di Pulau Manus.
Pengungsi dan wartawan Iran, Behrouz Boochani, mengatakan, 600 orang di dalam pusat penahanan tidak percaya mereka akan aman jika pindah ke pusat transit tersebut.
"Para pengungsi, orang-orang yang berada dalam tahanan, mereka tidak ingin meninggalkan pusat penahanan dan pergi ke Lorengau Timur," katanya.
"Jadi kami memiliki beberapa kabar baik dan di sisi lain, ada kabar dan tekanan yang sangat buruk."
Sekitar 200 pencari suaka lainnya telah menolak klaim pengungsi mereka.
Pemerintah Australia mengatakan, 100 orang telah menerima pemulangan sukarela dan akan segera pergi.
Mereka yang tinggal dan tidak dapat dideportasi, seperti sekelompok besar orang Iran, kemungkinan akan ditahan tanpa batas waktu di sebuah pusat penahanan baru Australia yang sedang dibangun untuk pemerintah Papua Nugini di Port Moresby.