Liputan6.com, Lilongwe - Presiden Malawi, Peter Mutharika menyampaikan janjinya kepada dunia internasional untuk melakukan penyelidikan menyeluruh, pasca-beredarnya isu vampir yang memicu keresahan warga.
Dikutip dari laman Japan Times, Rabu (11/10/2017), pemberitaan soal keberadaan manusia pengisap darah di Malawi yang terdengar sejak September 2017. Isu itu kian menyeruak, ditambah dengan kebiasaan warga setempat yang masih percaya ilmu gaib dan takhayul.
Advertisement
Baca Juga
Pemberitaan soal vampir yang belakangan berkeliaran akhirnya memaksa otoritas Malawi untuk memberlakukan jam malam. Pemerintah setempat pun membatasi jam keluar warganya yang tinggal di Malawi bagian selatan.
Jam keluar dibatasi selama 10 jam setiap harinya. Mulai dari pukul 07.00 hingga 17.00 waktu setempat.
Wilayah yang terkena isu peredaran vampir ini meliputi Mulanje, Thyoli, Chiradzulu dan Phalombe. Diduga, beredarnya isu yang belum dapat dipastikan ini berawal dari wilayah Mozambik yang secara langsung berbatasan dengan wilayah Malawi.
"Saya sudah memerintahkan staf untuk melakukan penyelidikan secara menyeluruh dan intensif agar masalah ini dapat terselesaikan," ujar Presiden Mutharika.
Menanggapi kejadian ini, Kedutaan Amerika Serikat untuk sementara memulangkan relawan Peace Corps dari distrik sekitar Mulanje. Otoritas AS pun telah menyarankan warganya untuk tidak mengunjungi distrik yang terkena dampak isu tersebut.
PBB Tarik Staf di Malawi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dilaporkan telah menarik stafnya dari dua distrik di wilayah Malawi Selatan. Penarikan staf tersebut bukan tanpa alasan. Isu kehadiran vampir di wilayah tersebut jadi pemicu.
Dikutip dari laman Guardian, isu adanya hantu vampir di Malawi bagian selatan kian merebak dan membuat resah warga.
Masyarakat setempat diketahui masih memercayai sesuatu hal yang berkaitan dengan ilmu sihir dan mistis. Padahal, sudah banyak lembaga bantuan dan LSM internasional yang bermukim di sana.
Ditempatkannya lembaga bantuan, termasuk staf PBB, menyusul terjadinya rentetan kekerasan yang sempat meletus di Malawi pada tahun 2002.
"Masyarakat di wilayah Malawi bagian selatan memang masih terpengaruh oleh cerita-cerita penghisap darah yang katanya dilakukan oleh vampir," ujar pihak Departemen Keamanan dan Keamanan PBB (UNDSS) dalam sebuah laporan keamanan di Distrik Phalombe dan Mulanje.
Koresponden untuk PBB Florence Rolle mengatakan, beberapa staf PBB telah ditarik, sementara yang lain masih berada di distrik lain.
"UNDSS terus memantau situasi ini dengan ketat untuk memastikan semua staf PBB dalam kondisi sehat. Apabila suasana dan ksiruh vampir sudah mereda, pihaknya akan mengirim kembali stafnya," kata Rolle.
Laporan UNDSS lain mengatakan, rumor vampir tampaknya berasal dari negara tetangga Mozambik.
Meskipun tidak jelas apa motif dan dari mana isu beredar, pihak UNDSS tetap menarik stafnya hingga kondisi di Malawi bagian selatan kembali normal.
Advertisement