Liputan6.com, Madrid - Sebuah aksi yang menyerukan persatuan Spanyol mulai digelar di Barcelona tepat sehari setelah otonomi Catalonia dilucuti menyusul pernyataan kemerdekaan wilayah itu.
Seperti dikutip dari BBC pada Minggu (29/10/2017), banyak di antara mereka yang turun ke jalan-jalan mengusung spanduk yang meminta agar pemimpin Catalonia, Carles Puigdemont, dipenjara.
Baca Juga
Puigdemont sendiri telah dipecat setelah pemerintah pusat Spanyol mengambil alih kekuasaan atas Catalonia.
Advertisement
Spanyol telah dicengkeram krisis konstitusional sejak referendum kemerdekaan yang diselenggarakan oleh pemerintah Catalonia pimpinan Puigdemont pada awal bulan ini. Langkah tersebut menentang keputusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan referendum sebagai tindakan ilegal.
Pemerintah Catalonia mengatakan bahwa dari 43 persen pemilih yang ambil bagian dari dalam referendum, 90 persen di antaranya mendukung kemerdekaan wilayah itu.
Jumat lalu, akhirnya parlemen Catalonia mendeklarasikan kemerdekaannya setelah tertunda cukup lama. Dan Madrid bersikeras bahwa hal tersebut ilegal.
Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy kemudian mengumumkan pembubaran parlemen dan pemecatan Puigdemont sebagai pemimpin Catalonia. Ia juga memerintahkan dilaksanakannya pemilu daerah pada Desember mendatang.
Terkait hal ini, Puigdemont mendesak "oposisi demokratis" untuk mengendalikan pemerintahan dari Madrid.
Sementara itu, Menteri Migrasi Belgia Theo Francken mengatakan bahwa Puigdemont bisa mendapat suaka politik dari negaranya jika yang bersangkutan memintanya.
"Jika Anda melihat situasi saat ini, hukuman penjara dan penindasan yang dilakukan Madrid maka pertanyaannya jelas. Apakah orang seperti dia akan mendapat kesempatan untuk menjalani persidangan secara adil?," tutur Francken.
Sejauh ini disebutkan tidak ada indikasi bahwa Puigdemont berusaha untuk meninggalkan Catalonia.