Menhan AS: Kami Akan Perangi ISIS Selama Mereka Ingin Bertempur

Menhan AS menegaskan, pihaknya akan terus menggempur ISIS selama kelompok teroris itu masih ingin terus berperang.

oleh Liputan6.comMaulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 15 Nov 2017, 09:36 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2017, 09:36 WIB
Menteri Pertahanan AS James Mattis
Menteri Pertahanan AS James Mattis (AP Photo/Alex Brandon)

Liputan6.com, Washington - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis mengungkapkan, militer AS akan terus memerangi ISIS selama mereka masih ingin terus bertempur.

Hal tersebut menekankan peran jangka panjang AS, setelah kelompok militan tersebut sudah kehilangan semua wilayah yang dikuasainya.

Saat ini, pasukan gabungan AS dan Rusia terus bertempur untuk merebut wilayah-wilayah kantong ISIS yang masih tersisa. Mattis menerangkan bahwa sasaran jangka panjang militer AS adalah mencegah munculnya kelompok militan baru lainnya.

"Musuh belum mengaku kalah, jadi kita akan terus bertempur selama mereka masih menginginkannya," ucap Mattis seperti dikutip dari VOA Indonesia pada Rabu (15/11/2017).

Mattis juga menekankan pentingnya upaya perdamaian jangka panjang dan mengisyaratkan bahwa AS ingin membantu menentukan syarat-syarat penyelesaian diplomatik di Suriah, yang telah memasuki tahun ketujuh perang persaudaraan.

"Kita tidak akan menarik diri begitu saja sebelum proses Jenewa mulai dijalankan," tambahnya.

 

Trump dan Putin Sepakat Kalahkan ISIS di Suriah

Sebelumnya, Trump dan Putin dikabarkan telah merundingkan kesepakatan perihal ISIS di sela-sela KTT APEC di Vietnam pada 11 November 2017.

Dalam pertemuan singkat yang berlangsung kurang dari lima menit tersebut, Gedung Putih mengatakan bahwa kedua pemimpin tersebut membahas sebuah pernyataan bersama mengenai Suriah.

Gedung Putih mengonfirmasi bahwa pertemuan tersebut berlangsung 11 November, setelah gagal melakukan pertemuan resmi sehari sebelumnya karena alasan ketidakcocokkan jadwal.

Menurut pernyataan dari Rusia, kedua pemimpin tersebut sepakat bahwa tak ada solusi militer untuk konflik di Suriah, dan solusi politik juga harus melalui proses di Jenewa. Negeri Beruang Merah juga setuju untuk tetap membuka jalur komunikasi antara militer AS dan Rusia.

Kremlin juga mengatakan bahwa Trump dan Putin sepakat untuk mengalahkan ISIS di Suriah.

Sementara itu, Gedung Putih belum merilis penjelasan rinci mengenai pertemuan tersebut.

Selain melakukan pertemuan nonformal one on one tersebut, Trump dan Putin terlihat berjabat tangan dan melakukan percakapan setidaknya dalam tiga kesempatan terpisah pada acara puncak KTT APEC yang berlangsung dua hari.

Sebelum memulai kunjungan maratonnya ke Asia, Trump sempat mengatakan kepada para awak media bahwa ia berharap dapat bertemu Putin.

"Saya mengira akan bertemu dengan Putin," ujar Trump di Pesawat Kepresidenan Air Force One.

Rusia menjadi sekutu utama Pemerintah Suriah dalam perang sipil di negara pimpinan Bashar al Assad yang telah berlangsung selama enam tahun. Sementara itu, AS mendukung pemberontak Suriah dan Kurdi.

Gedung Putih secara vokal menyuarakan kritik terhadap Rusia karena telah mendukung rezim Bashar al Assad. Mereka secara langsung meminta Kremlin menghentikan dukungannya terhadap pemimpin Suriah tersebut.

Bukan kali ini saja Donald Trump dan Vladimir Putin bertemu. Pada KTT G-20 di Jerman 2017, mereka melakukan pertemuan bilateral resmi pertama mereka yang berlangsung lebih dari dua jam.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya