Liputan6.com, Bern - Kisah-kisah misterius, baik yang berbentuk cerita, mitos, legenda, atau fakta atas kejadian yang belum terungkap selalu menarik minat dan rasa penasaran sejumlah orang.
Seiring zaman, kisah-kisah misteri yang mengundang rasa penasaran itu berpindah dari mulut ke mulut serta berubah bentuk menjadi beragam media, mulai dari cetak, tayangan televisi, atau film.
Advertisement
Baca Juga
Akhirnya, kisah tersebut dan segala rahasia yang tersembunyi di dalamnya semakin menarik perhatian khlayak dan memicu segala tanya. 'Benarkah sosok atau kejadian seperti itu ada?' dan 'bagaimana semua itu dapat terjadi?'
Namun seiring waktu, kisah-kisah misteri itu perlahan kian tersingkap. Beberapa kepingan teka-teki mulai bermunculan dan tersusun menjadi sebuah narasi fakta yang lengkap atau setidaknya mendekati utuh.
Dari berbagai contoh, berikut 3 kisah misterius yang seiring waktu telah terpecahkan, seperti yang Liputan6.com rangkum dari Listverse.com dan berbagai sumber, Minggu (19/11/2017).
Â
Pasutri Swiss yang 'Lenyap' di Gunung Alpen
Marcelin dan Francine Dumoulin hilang tanpa jejak di wilayah Pegunungan Alpen di Swiss 75 tahun lalu.
Hari itu, 15 Agustus 1942, keduanya pamit untuk memerah sapi-sapi mereka di sebuah padang rumput yang letaknya di atas Desa Chandolin di Kanton Valais, Swiss. Namun, pasangan tersebut tak pernah pulang.
Dalam semalam, tujuh anak mereka -- lima laki-laki dan dua perempuan -- menjadi yatim piatu.
Baru-baru ini gletser yang menyusut menguak jasad beku keduanya. Kabar tersebut mengakhiri misteri hilangnya pasangan Dumoulin.
Kepolisian Kanton Valais mengatakan, dua jasad yang membawa surat-surat identitas telah ditemukan pekan lalu oleh seorang pekerja di gletser Tsanfleuron, tak jauh dari lokasi lift ski yang ada di atas resor Les Diablerets, yang terletak di ketinggian 2.615 meter di atas permukaan laut.
Uji DNA akan dilakukan untuk memastikan identitas mereka.
"Jasad itu berbaring bersisian. Seorang pria dan perempuan yang mengenakan pakaian dari periode Perang Dunia II," kata Bernhard Tschannen, direktur Glacier 3000 --perusahaan yang mengoperasikan kereta gantung dan lift ski, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa 18 Juli 2017.
"Mereka terawetkan dengan baik oleh lapisan gletser. Barang-barang bawaan mereka juga relatif utuh."
Bernhard Tschannen menduga, pasangan nahas tersebut jatuh ke dalam jurang di mana jasad mereka berada selama beberapa dekade. "Saat gletser surut, terkuaklah keberadaan mereka," tambah dia.
Kabar penemuan jasad tersebut disambut gembira putri bungsu korban, Marceline Udry- Dumoulin.
"Kami mengabdikan seluruh hidup untuk mencari mereka, tanpa berhenti. Kami selalu berharap bisa menggelar pemakaman yang sepantasnya bagi ayah dan ibu kami," kata perempuan 75 tahun itu kepada harian Lausanne, Le Matin.
"Setelah penantian panjang selama 75 tahun, kabar tersebut memberikan rasa lega yang mendalam bagi saya."
Udry-Dumoulin mengisahkan, pada hari nahas itu, tak biasanya ayah dan ibu mereka pergi berdua ke padang rumput.
Apalagi, Marcelin Dumoulin yang kala itu adalah tukang sepatu berusia 40 tahun dan istrinya Francine (37) yang berprofesi sebagai guru sampai hati meninggalkan anak-anak mereka yang masih kecil.
"Itu adalah kali pertama ibu saya pergi dengan ayah. Dia nyaris selalu dalam kondisi hamil dan tidak sanggup memanjat gletser, "kata Udry-Dumoulin.
Perempuan sepuh itu mengisahkan, setelah kematian orangtua mereka, ia dan saudara sekandungnya harus tinggal terpisah. Mereka diasuh sejumlah keluarga berbeda.
"Saya beruntung bisa tinggal dengan bibi saya. Kami semua hidup di satu wilayah namun, rasanya seperti orang asing."
Udry-Dumoulin menambahkan, setelah identitas dua jasad yang ditemukan terkonfirmasi, pemakaman akan dilakukan segera.
"Saat pemakaman, saya tidak akan memakai pakaian hitam. Menurutku, putih lebih sesuai. Itu adalah warna perlambang harapan-- yang tak pernah hilang dari sanubariku.
Â
Advertisement
Misteri 'Air Terjun Darah' di Antartika
Misteri Air Terjun Darah di Antartika telah terpecahkan. Sebelumnya, selama bertahun- tahun para peneliti dibuat bingung dengan aliran berwarna merah yang mengalir di atas Taylor Glacier.
Air terjun itu pertama kali ditemukan oleh ahli geologi Australia, Griffith Taylor pada 1911. Awalnya, warna aneh pada air terjun itu diyakini karena alga merah.
Pada 2003, hampir 100 tahun setelah Taylor menemukan air terjun itu, para peneliti berteori bahwa warna merah disebabkan karena oksidasi besi dan air yang kemungkinan berasal dari danau air asin bawah tanah.
Para peneliti dari University of Alaska Fairbanks dan Colorado College akhirnya mengonfirmasi oksidasi tersebut dalam sebuah studi yang dipublikasi pada pekan ini di Journal of Glaciology.
Dikutip dari Sfgate, Senin 1 Mei 2017, dengan menggunakan ekolokasi (echolocation) untuk melacak aliran air, peneliti menemukan danau berusia 5 juta tahun di bawah Taylor Glacier. Menurut para ilmuwan, ketika air danau keluar ke permukaan, air asin teroksidasi saat bersentuhan dengan udara.
Lebih mengejutkannya lagi, air tersebut masih berbentuk cairan meski berada di dalam gletser yang membeku.
"Taylor Glacier saat ini merupakan gletser terdingin yang airnya mengalir terus-menerus," ujar rekan penulis Christina Carr.
Dilansir National Geographic, danau di bawah gletser itu memiliki konsistensi yang sangat asin. Karena air asin memiliki titik beku lebih rendah dari air murni dan melepaskan panas saat membeku, air tersebut melelehkan es dan memungkinkan sungai mengalir.
Hal tersebut membuat gletser dapat mendukung adanya aliran air. Selain itu Taylor Glacier juga menjadi gletser terdingin di Bumi dengan air yang selalu mengalir.
Studi tersebut juga mengukur jumlah air garam kaya zat besi dalam air sungai. Berdasarkan penelitian, kandungan air asin meningkat saat mendekati air terjun.
Â
Penemuan Kapal AS yang Karam Ditorpedo Jepang
Sebuah kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat ditemukan di Pasifik Utara setelah lebih dari tujuh dekade karam. USS Indianapolis tenggelam jelang berakhirnya Perang Dunia II.
Seperti dikutip dari Sky News pada Minggu 20 Agustus 2017, USS Indianapolis dihantam torpedo yang dilepaskan dari kapal selam Jepang pada dini hari tanggal 30 Juli 1945. Dalam waktu 12 menit, USS Indianapolis karam sebelum sempat mengirimkan sinyal bahaya atau para kru menggunakan peralatan keselamatan.
Sekitar 800 dari 1.196 kru kapal berhasil selamat. Namun beberapa hari berikutnya, sebagian besar dari mereka tewas akibat menjadi korban keganasan hiu atau dehidrasi.
Empat hari setelah insiden karamnya USS Indianapolis, hanya 316 kru yang tersisa. Mereka berhasil diselamatkan setelah sebuah pesawat pengebom melintas.
"Hanya 22 orang yang masih hidup hingga hari ini," ujar pihak Angkatan Laut AS.
USS Indianapolis karam setelah menyelesaikan misi terakhirnya: mengirimkan bagian bom atom yang akan digunakan untuk menghancurkan kota Hiroshima di Jepang. Kelak, peristiwa pengeboman Hiroshima memaksa Jepang keluar dari peperangan.
Kisah tentang USS Indianapolis banyak diangkat dalam buku dan film. Salah satunya film "USS Indianapolis: Men Of Courage" yang dibintangi oleh Nicolas Cage. Sutradara kenamaan Hollywood Stephen Spielberg juga pernah mengisahkannya dalam film thriller Jaws.
Kini, setelah 72 tahun tenggelam, bangkai kapal USS Indianapolis ditemukan di Laut Filipina oleh 13 peneliti sipil dari Research Vessel Petrel. Menurut Paul Allen, pemimpin tim peneliti tersebut, kapal bersejarah itu terletak 3,5 mil di bawah permukaan laut.
Allen, yang merupakan salah satu pendiri Microsoft dalam sebuah pernyataan yang dirilis Angkatan Laut AS mengatakan bahwa penemuan ini adalah cara untuk menghormati orang-orang pemberani di USS Indianapolis serta keluarga mereka yang memainkan perang penting dalam mengakhiri Perang Dunia II.
"Sementara pencarian kami akan sisa puing-puing kapal terus berlanjut, saya harap semua orang yang terhubung dengan kapal bersejarah ini akan merasakan tanda-tanda akhir pencarian ini tidak begitu lama lagi," imbuhnya.
Advertisement