Liputan6.com, Rakhine - Pembangunan rumah sakit Indonesia di Myaung Bwe, Rakhine, Myanmar, resmi dimulai. Peresmian itu ditandai dengan dilakukannya acara groundbreaking atau peletakkan batu pertama yang dilaksanakan pada Minggu, 19 November 2017.
Acara groundbreaking dihadiri oleh Duta Besar RI untuk Myanmar Ito Sumardi sebagai perwakilan pemerintah Indonesia.
Hadir pula dalam kegiatan itu, antara lain Menteri urusan Rakhine State Myanmar, perwakilan kementerian kesehatan Myanmar, perwakilan MERC, perwakilan tokoh masyarakat setempat, tokoh lintas agama, serta ratusan warga lokal. Demikian seperti dikutip dari rilis resmi Kementerian Luar Negeri RI yang diterima Liputan6.com, Senin (20/11/2017).
Advertisement
Baca Juga
Rumah sakit Indonesia akan menyediakan pelayanan kesehatan untuk seluruh komunitas di Myaung Bwe secara inklusif, tidak memandang suku, agama, dan latar belakang.
Rumah sakit Indonesia didirikan di lahan seluas 12.000 meter persegi dengan luas total bangunan 8.000 meter persegi termasuk akomodasi staf kesehatan dan gedung utama rumah sakit.
Fasilitas tersebut dibangun dengan biaya sekitar US$ 1,8 juta hasil kerja sama pemerintah Indonesia dengan kontribusi masyarakat Tanah Air, Palang Merah Indonesia, berbagai LSM, dan sektor swasta.
Peletakan batu pertama itu menandakan dimulainya pembangunan tahap kedua untuk pembangunan akomodasi staf medis dan tahap ketiga untuk pembangunan gedung utama. Tahap pertama pembangunan untuk pemetaan dan konstruksi pagar sebelumnya telah selesai sejak September 2017.
Diharapkan, rumah sakit itu akan rampung pada pertengahan 2018.
Rumah sakit Indonesia itu dibangun dengan menggunakan sumber daya materiel dan tenaga kerja setempat sebagai bentuk konkret Indonesia untuk membantu meningkatkan peluang ekonomi masyarakat lokal selain menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap rumah sakit tersebut.
Bantuan rumah sakit Indonesia itu merupakan bagian dari komitmen dan solidaritas pemerintah dan masyarakat Indonesia bagi Myanmar dan masyarakat Rakhine.
Sebelumnya, Indonesia juga telah menyalurkan bantuan US$ 1 juta untuk pembangunan empat sekolah pada tahun 2014, 10 kontainer bantuan kebutuhan dasar pada Desember 2016, dan pembangunan dua sekolah di Sittwe yang telah diresmikan Menlu RI pada Januari 2017.
Rakhine adalah negara bagian yang menjadi rumah bagi jutaan etnis Rohingya di Myanmar. Populasi mereka di Rakhine, sebelum terjadinya krisis kemanusiaan 2016 dan 2017, mencapai sekitar 1,5 - 2 juta jiwa -- menurut perhitungan Human Rights Watch.
Namun, usai konflik 2016 dan Agustus 2017 lalu, hampir lebih dari sekitar setengah juta etnis Rohingya melakukan eksodus massal dari Rakhine. Sebagian besar mengungsi ke Cox Bazar di Bangladesh dan sejumlah lain mengungsi ke wilayah lain di Myanmar.
Laporan terbaru menyebut, Myanmar dan Bangladesh tengah menyusun memorandum kesepakatan agar pengungsi Rohingya di Cox Bazar dapat kembali ke rumah mereka di Rakhine.
Menlu RI Terpaksa Batal Hadir
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi sebagai perwakilan pemerintah Indonesia dijadwalkan hadir dalam perhelatan tersebut.
Namun, mengingat acara groundbreaking berada di wilayah utara Rakhine yang masih dianggap rawan dan atas permintaan Pemerintah Myanmar pada saat akhir, Menlu RI terpaksa batal menghadiri kegiatan tersebut.
Pemerintah Myanmar beralasan, mereka tidak bisa memberikan pengamanan optimal sesuai standar untuk mengawal kehadiran Menlu Retno Marsudi, tamu resmi pemerintah setingkat menteri.
Ditambah lagi, sebagian besar pasukan keamanan Myanmar sedang ditugaskan untuk mengamankan KTM ASEM di Naypyidaw pada 20 - 21 November 2017 yang dihadiri oleh sekitar 53 pejabat menteri dan setingkat menteri dari Eropa dan Asia.
Advertisement