Kebijakan Donald Trump Akan Bangkitkan Kembali Al Qaeda?

Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) mengutuk keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 08 Des 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 08 Des 2017, 18:00 WIB
Yerusalem Ibu Kota Israel
Kendaraan water canon Israel menembakkan air ke arah warga Palestina saat bentrokan di kota Bethlehem, Tepi Barat (7/12). Keputusan Donald Trump mengakui Yerusalem menjadi ibu kota Israel membuat warga Palestina demo. (AP Photo/Nasser Shiyoukhi)

Liputan6.com, Washington, DC - Kelompok militan Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) turut mengutuk keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

AQAP juga menyerukan para kelompok militan untuk bahu-membahu guna memberikan dukungan terhadap warga Palestina. Demikian seperti dilansir dari Independent.ie, Jumat (8/12/2017).

"Hal itu juga menjadi tantangan nyata terhadap Muslim di dunia yang melihat sentralitas perjuangan Palestina," kata pernyataan AQAP, seperti dikutip dari firma pemantau kelompok ekstremisme asal AS, SITE.

"Kita harus membantu warga Palestina dan mendesak warga Muslim untuk membantu menggunakan uang dan senjata. Jika kalian semua tidak bergerak, demi Tuhan, maka Mekah akan terjual dan tidak akan ada yang melindunginya," kata kelompok militan itu lagi.

Sayap Al Qaeda -- yang berbasis di Yaman -- itu juga mengatakan bahwa keputusan untuk membantu Palestina, terkait isu Yerusalem merupakan upaya untuk melakukan normalisasi di antara negara Teluk Arab dan Israel.

AQAP merupakan gabungan kelompok militan Al Qaeda yang berbasis di Arab Saudi dan Yaman. Amerika Serikat menetapkan kelompok itu sebagai salah satu kelompok bersenjata yang paling berbahaya.

Dubes Palestina di RI: Kami Mengecam Langkah AS soal Yerusalem

Duta Besar Palestina Terpilih untuk RI mengecam langkah Amerika Serikat yang menetapkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Pernyataan itu disampaikan oleh sang dubes di sela-sela kegiatan Bali Democracy Forum ke-10 yang digelar di Banten, 7 Desember 2017.

Kepada jurnalis, Dubes Zuhair Al Shun mengatakan, negaranya tak bisa menerima bahwa Yerusalem menjadi ibu kota Israel.

"Kota itu (Yerusalem) adalah ibu kota Palestina," kata Dubes Al Shun di sela-sela BDF ke-10, Kamis 7 Desember 2017.

Ia melanjutkan, "Kami (Palestina) mengecam langkah tersebut. Semua pihak menolak keputusan itu."

Dubes Al Shun menambahkan, keputusan yang diambil Presiden AS Donald Trump tersebut tak berlandaskan pada situasi dan sejarah Kota Yerusalem.

"Maka keputusan itu tak berlaku dan tidak bisa diterima seluruh negara muslim di seluruh dunia," ujarnya.

"Trump bisa berkata apa saja, tapi apa yang ia katakan tidak akan (kami) pertimbangkan," ucapnya.

Mantan Dubes Palestina untuk Maroko itu juga menambahkan, langkah yang dilakukan Amerika Serikat dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sangat tidak adil dan merusak "proses perdamaian yang tengah berlangsung" di kawasan.

Al Shun juga menilai, keputusan yang diambil oleh Presiden Trump--meski tak mendapat dukungan dari komunitas internasional bahkan masyarakat dalan negeri AS sendiri--adalah hasil dari upaya Israel yang sangat bersikeras mendorong penetapan tersebut.

"Ia (Trump) tak paham situasi di Timur Tengah kala mengambil keputusan tersebut, yang justru akan menimbulkan tensi politik tinggi dan kekerasan di kawasan ke depannya," ucap sang dubes terkait kecamannya terhadap keputusan Trump terkait Yerusalem.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya