Tagih Janji Presiden Venezuela, Warga Gelar Revolusi Babi

Warga Venezuela menagih janji Presiden Nicolas Maduro untuk mengirimkan kaki babi setiap bulannya.

oleh Citra Dewi diperbarui 29 Des 2017, 16:04 WIB
Diterbitkan 29 Des 2017, 16:04 WIB
Tak Tahan Krisis,  Warga Venezuela Tuntut Presiden Mundur
Tak Tahan Krisis, Warga Venezuela Tuntut Presiden Mundur (Reuters)

Liputan6.com, Caracas - Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menuduh Portugal sebagai penyebab minimnya pasokan daging babi. Hal itu membuat ribuan warga kelas bawah di sana tak dapat menikmati pernil de cerdo, masakan tradisional yang biasa disajikan saat Natal.

Seperti banyak negara Amerika Latin, warga Venezuela biasa mengonsumsi pernil de cerdo yang terbuat dari kaki babi saat liburan Natal.

Sebelumnya, Maduro telah berjanji untuk mendistribusikan daging babi sebagai makanan yang akan dibagikan kepada warga kelas bawah setiap bulannya.

Namun, pada 27 Desember lalu Maduro mengumumkan bahwa ia tak dapat mendistribusikan ribuan kaki babi ke wilayah dengan mayoritas penduduk miskin, seperti apa yang ia janjikan pada awal Desember.

Maduro pun menyalahkan Potugal atas hal tersebut.

"Apa yang terjadi dengan daging babi? Mereka menyabotase kita: saya bisa menyebut nama sebuah negara: Portugal," ujar Maduro dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi, seperti dikutip dari CNN, Jumat (29/12/2017).

"Semuanya sudah diatur, karena kami telah membeli semua daging babi yang ada di Venezuela, kami membeli semuanya. Jadi kami harus mengimpor, saya memberi perintah dan saya menandatangani pembayarannya."

Maduro pun bersikeras bahwa minimnya pasokan daging babi disebabkan karena sabotase Portugal.

Bukan merupakan hal yang aneh bagi Pemerintah Venezuela untuk menyalahkan negara lain, termasuk Amerika Serikat, atas krisis ekonomi di sana.

Revolusi Babi

Unjuk rasa di Venezuela
Sejumlah pengunjuk rasa berjalan di tengah gas air mata yang ditembakkan Bolivarian National Guards (21/7/2017). (AP Photo/Fernando Llano)

Merespons hal tersebut, warga Venezuela menggelar protes pada 27 dan 28 Desember. Mereka mengatakan bahwa mereka marah karena pemerintah tak menepati janjinya.

Dalam protes yang dijuluki 'revolusi babi' di media sosial itu, para pengunjuk rasa turun ke jalan sambil memukul paci dan wajan serta membakar sampah.

"Mereka menjanjikan kita kaki babi, ayam, daging. Namun tak ada satu pun yang dikirimkan," ujar salah seorang pengunjuk rasa, Aracelis Hinjosa.

"Saya 100 persen Chavista, saya tak membantahnya, tapi seperti kami yang bisa memilihnya, kami juga bisa berhenti mendukungnya," imbuh dia.

Chavista adalah pendukung setia gagasan dan program sosialis Hugo Chavez. Maduro, yang merupakan penerus pengganti Chavez, terus menikmati dukungan dari banyak pengikut Chavez.

 

Bantahan Portugal dan Perusahaan Pemasok Daging Babi

Ilustrasi peternakan babi
Ilustrasi peternakan babi di Amerika Serikat. (Sumber Wikimedia/Environment Protection Agency (EPA) untuk ranah publik)

Merespons komentar Maduro, Menteri Luar Negeri Portugal Augusto Santos Silva, mengatakan bahwa pemerintah tak memiliki kekuasaan untuk menyabotase kaki babi.

"Kita hidup di pasar ekonomi, di mana ekspor adalah kompetensi perusahaan," ujar Santos Silva.

Perusahaan makanan asal Portugal, Raporal, yang memasok kaki kambing ke Venezuela pada 2016, mengeluarkan pernyataan yang menyebut Venezuela masih berutang, baik ke pihaknya maupun ke perusahaan induknya, Agrovarius.

Utangnya yang berasal dari pemesanan 14.000 ton kaki belakang babi itu, mendekati 40 juta ton dengan harga mendekati 40 juta euro atau sekitar Rp 648,2 miliar.

Pernyataan tersebut, yang dilaporkan oleh penyiar publik Portugal RTP, menambahkan bahwa Venezuela telah melakukan pembayaran atas utang tersebut. Namun, tidak ada pembayaran utang yang mereka terima sejak Agustus 2017.

Raporal tak memasok daging babi kepada Pemerintah Venezuela 2017. Perusahaan itu menerima janji dari duta besar Venezuela bahwa utang 2016 akan dilakukan paling lambat pada Maret 2018.

"Raporal tidak mengetahui adanya tindakan sabotase oleh Portugal terkait dengan pasokan kaki babi ke Venezuela. Namun, saya menegaskan bahwa Venezuela belum memenuhi kewajiban membayarnya," ujar pihak Raporal.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya