Kedubes Amerika Serikat Pindah ke Yerusalem Tahun 2019?

Kedubes AS kabarnya akan dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem pada tahun 2019. Ini melenceng dari rencana sebelumnya. Benarkah?

oleh Afra Augesti diperbarui 19 Jan 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2018, 17:00 WIB
Presiden AS Donald Trump
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berada di kantor Oval Gedung Putih, Washington, 16 Januari 2018. (AFP PHOTO / NICHOLAS KAMM)

Liputan6.com, Washington - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mempercepat pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Pemindahan ini kabarnya akan rampung pada akhir 2019.

Para pejabat Amerika Serikat mengatakan, untuk mempercepat langkah tersebut, AS tidak akan membangun struktur baru, namun mengubah bangunan konsuler yang ada di lingkungan Arnona, Yerusalem Barat.

Konsuler yang berada di Arnona terletak di dekat Green Line, yang menandai perbatasan Israel dari tahun 1949 sampai Perang Enam Hari (Six War Day) tahun 1967.

Pintu masuk ke Konsulat AS di Arnona, sebelah timur Israel, berdampingan dengan lokasi yang mungkin menjadi Kedutaan Besar AS yang baru (Raphael Ahren / Times of Israel)

Selama bertahun-tahun, tempat ini telah digunakan untuk pembuatan visa dan menyediakan berbagai layanan konsuler, namun perlu direnovasi untuk mengakomodasi duta besar dan segala kegiatannya.

Pemindahan ke gedung yang relatif baru itu dirancang untuk menghemat uang dan memungkinkan Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel, David Friedman, mulai bekerja tahun 2019.

Isu tersebut bertentangan dengan ucapan Departemen Luar Negeri AS yang sebelumnya mengatakan, pemindahan kedutaan tidak akan mungkin terjadi dalam tiga tahun.

 

Gedung Putih Berselisih Paham?

20170201-Rex Tillerson Resmi Jadi Menteri Luar Negeri AS-Washington
Presiden Donald Trump tersenyum mendengarkan pidato Rex Tillerson setelah dilantik sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu) AS di Gedung Putih, Washington, Rabu (1/2). Mantan CEO ExxonMobil itu mendapat suara dukungan 56 berbanding 43 (AP Photo/Carolyn Kaster)

Donald Trump berjanji untuk memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem setelah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Langkah tersebut dipuji oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan para elit politik Israel, namun keputusan tersebut juga menuai banyak kecaman dari sejumlah negara di dunia.

Rencana pemindahan itu bahkan ditolak dalam sidang resolusi Majelis Umum PBB.

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menyebut, merelokasi kedutaan ke Yerusalem tidak akan bisa dilakukan dalam waktu tiga tahun, mungkin bisa lebih lama.

"Pemindahan itu tidak akan mungkin dilaksanakan dalam waktu dekat. Mungkin tidak lebih awal dari tiga tahun dan itu cukup ambisius," tuturnya seperti dilaporkan oleh The New York Times, dilansir Times of Isarel, Kamis (17/1/2018).

Alih-alih menepis isu tentang perselisihan yang melanda Gedung Putih, juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert membantah bahwa percepatan pemindahan keduataan kini sedang berlangsung.

"Pemerintah AS saat ini masih menyesuikan berbagai situs di Yerusalem untuk penempatan kedubes. Untuk saat ini, kami tidak memiliki update terbaru," katanya.

Steve Goldstein, wakil negara bagian untuk urusan diplomasi dan publik menegaskan, Menlu Tillerson sedang berfokus pada keamanan kedutaan apabila akan dipindahkan.

Dia sendiri tidak menginginkan adanya pemindahan tersebut.

Menlu dan Menhan AS Menentang Rencana Trump soal Yerusalem

Menteri Pertahanan AS James Mattis
Menteri Pertahanan AS James Mattis (AP Photo/Alex Brandon)

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson dan Menteri Pertahanan AS James Mattis, dilaporkan sama-sama menentang keputusan Presiden Donald Trump untuk memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Alasannya karena masalah keamanan.

Mattis dan Tillerson telah bertatap muka dengan Presiden mereka.

Keduanya menyampaikan kepada Donald Trump bahwa memindahkan kedubes ke Yerusalem akan membahayakan diplomat dan tentara AS yang ditempatkan di Timur Tengah.

Tillerson, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah keputusan Donald Trump tersebut, mengatakan, keselamatan warga AS adalah prioritas tertinggi Departemen Luar Negeri AS (Deplu).

Sebelum Donald Trump mendeklarasikan keputusannya mengenai Yerusalem, pihaknya langsung mengambil 'ancang-ancang'.

Ia mengaku, Deplu telah menerapkan rencana keamanan terkuat untuk melindungi keselamatan penduduk AS di wilayah konflik.

Pihaknya juga telah berkonsultasi dengan teman, mitra, dan sekutu sebelum Donald Trump mengumumkan keputusannya itu.

Juru bicara Deplu AS Heather Nauert mengatakan, Tillerson ingin menegaskan posisinya sebagai Menlu kepada Gedung Putih.

Untuk itulah, saat mendengar bahwa Donald Trump akan memindahkan kedubes ke Yerusalem, ia harus turun tangan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya