Benarkah Gerhana Bulan Bikin Orang Jadi Gila?

Sejumlah orang mengaku bahwa emosi mereka meninggi saat gerhana Bulan atau Bulan purnama penuh terjadi.

oleh Afra Augesti diperbarui 31 Jan 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2018, 17:00 WIB
Bulan Purnama Penuh
Foto yang diambil pada tanggal 01 Januari 2018 ini menunjukkan "supermoon" yang muncul di langit malam, sebuah fenomena alam yang sudah tidak pernah terlihat lagi dalam 36 tahun. (Boris Horvat/AFP)

Liputan6.com, Sydney - Malam ini, seluruh penduduk dunia disuguhkan pemandangan cantik dari gerhana Bulan, yang disebut sebagai Blue Blood Supermoon.

Bahkan di dunia maya pun, orang-orang gencar melakukan pencarian menggunakan kata kunci "gerhana Bulan total" atau "total lunar eclipse".

Hasil yang ditunjukkan oleh mesin pencari raksasa Google, bahkan membawa kita ke anekdot pribadi yang beredar minggu ini: pengaruh Gerhana Bulan terhadap kesehatan mental manusia.

Menjelang fenomena langka Bulan pada malam ini, sejumlah pengguna media sosial mengaku bahwa ada yang tidak beres dengan diri mereka dan mereka merasa mengalami tekanan emosional tinggi.

Anak kecil, termasuk bayi dan hewan peliharaan, bahkan disebut sangat terpengaruh oleh pergerakan Bulan.

Para ilmuwan dan ahli medis yang kredibel menampik semua mitos tersebut.

Mereka menegaskan bahwa tak ada bukti ilmiah yang menyebut gerhana Bulan dapat memengaruhi emosi dan perasaan makhluk hidup, termasuk manusia.

"Sebuah survei yang dilakukan di Amerika Serikat menemukan, sekitar 40 persen populasi umum dan 80 persen ahli kesehatan mental profesional percaya bahwa fase Bulan mempengaruhi perilaku manusia," ungkap seorang ilmuwan bernama Karl Kruszelnicki kepada ABC, dilansir News.com.au, Rabu (31/1/2018).

"Namun, 99 persen bukti mengungkapkan Bulan tidak memengaruhi perilaku manusia," imbuhnya.

 

Manusia Bertingkah Aneh

Apa Artinya Bulan Purnama Bagi Anda yang Sedang Jalin Cinta?
Selain single, bulan purnama juga memiliki arti tersendiri bagi Anda yang sedang menjalin cinta, penasaran?

Fenomena Supermoon merupakan salah satu fenomena yang terjadi di penghujung tahun 2017.

Fenomena ini terjadi saat Bulan berada di posisi terdekat dengan orbit Bumi, sehingga ukuran Bulan tampak lebih besar di langit. Banyak orang yang menafsirkan fenomena ini sebagai hal mistik, tetapi ada juga yang sebaliknya.

Fenomena yang terjadi pada 31 Januari malam ini merupakan rangkaian ketiga dari 'Trilogi Bulan Super'. Dua fenomena telah berlangsung beberapa pekan sebelumnya, yaitu sekitar 2 Januari 2018 dan 3 Desember 2017.

Therese March, seorang mantan polisi senior dari New South Wales Police mengatakan, dia telah mempersiapkan diri untuk bekerja pada shift malam saat Super Blue Blood Moon muncul.

"Waktu tersibuk saat bekerja adalah malam hari. Bahkan saat Bulan purnama tiba, mereka (karyawan) kerap melakukan pekerjaan yang tak biasa atau melakukan tindakan gila. Mereka tidak terlihat seperti biasanya," ujar March kepada News.com.au.

"Terkadang kami mendapat teguran karena terlalu berisik. Saya ingat seorang pria mengebor garasi mobiilnya di tengah malam. Kami mengatakan 'Tentu saja itu hanya terjadi pada Bulan purnama'," lanjutnya.

"Perilaku mereka aneh... Teguran gila dan keluhan yang tidak biasa. Mereka semua tampak tidak relevan pada saat itu, tapi mereka selalu begitu ketika Bulan purnama penuh," imbuhnya lagi.

Namun, seorang astronom bernama Alan Duffy mengatakan, orang-orang kerap mencari solusi yang logis untuk membendung emosi tidak masuk akal itu.

"Ini konfirmasi yang bias. Saat Bulan purnama muncul, kita mencari perilaku aneh atau berusaha mengingat kalau kita pernah melihat tingkah aneh," katanya kepada Nine.com.au.

"Saya sedih karena menemui banyak fakta yang menyebut manusia berperilaku aneh saat Bulan purnama tiba di langit malam," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya