Liputan6.com, Adelaide - Sekolah-sekolah di negara bagian Australia Selatan mengizinkan para siswanya untuk memanggil guru hanya dengan namanya.
Dilansir dari laman Australia Plus pada Senin (5/2/2018), para advokat yang mendukung langkah ini yakin jika memanggil guru langsung dengan namanya maka akan menciptakan hubungan yang lebih pribadi.
Selain itu, kebijakan tersebut juga diharapan bisa menghilangkan batasan bahasa, dan menempatkan siswa dalam posisi yang lebih baik untuk bertanggung jawab atas kegiatan belajar mereka sendiri, serta merasa lebih percaya diri untuk bertanya pada orang dewasa.
Advertisement
Baca Juga
Mereka juga mengatakan jika sebutan gelar tidak serta merta menunjukkan rasa hormat terhadap guru.
"Menghormati bukanlah satu cara, rasa hormat itu ditunjukkan, bukan diasumsikan, di semua lapisan masyarakat," kata Sue Charleston, kepala sekolah dasar di Rockyville School, Australia Selatan.
"Soal gagasan penghormatan ini saya sangat kuat, karena cenderung digunakan sebagai alasan untuk menggunakan panggilan formal."
"Tapi dari pengalaman saya mengajar 18 tahun, tidak ada kaitan antara masalah disiplin dengan memanggil guru dan pendidik menggunakan nama depan mereka."
Murid-muridnya memanggilnya Sue dan dia yakin telah membuat mereka menjalin hubungan dengan dirinya sebagai guru.
"Saya merasa memposisikan diri sebagai seorang yang sama-sama belajar seperti murid-murid, bukannya yang memegang semua ilmu pengetahuan," kata Sue.
"Saya rasa menghapus jarak sosial ini membantu saya lebih mudah didekati siswa, dan sebagai seorang pemimpin hal ini sangatlah penting."
Â
Â
Simak video menarik tentang sosok guru idaman masyarakat pedalaman berikut:Â
Â
Membangun Hubungan Baik
Terobosan dari cara pemanggilan guru secara tradisional juga telah diterapkan di Sekolah Dasar Lobethal Adelaide Hills selama bertahun-tahun.
Kepala sekolah Toni Burford mengatakan para guru dapat memilih untuk dipanggil dengan nama depan mereka, nama panggilan, atau julukan singkat, seperti Bec atau Mr.D, atau tetap berpegang pada cara konvensional dengan penyebutan gelar, seperti Mrs [Ibu] Robinson.
"Ketika saya sekolah, kita tidak berani memanggil guru dengan nama depan mereka atau jika kita mengetahuinya, kita hanya berbisik-bisik ," kata Toni.
"Tapi pendekatan untuk membangun hubungan dengan siswa menjadi sangat penting, kita tahu sebuah nama atau gelar belum tentu membangun rasa hormat dan kepercayaan dari para siswa."
"Kami menghabiskan banyak waktu di sekolah untuk membangun hubungan positif, memberikan pelajaran sesuai masing-masing siswa, serta menanggapi kebutuhan mereka secara individual."
Di beberapa sekolah negeri di negara bagian lain, memanggil nama depan menjadi pilihan, sementara yang lainnya telah melakukannya bagi semua staf pengajar.
"Saya tidak akan mengatakan kita sendirian. Ada banyak sekolah lain yang sudah menerapkanya, ini hanyalah berevolusi," ujar Toni yang juga mengatakan memanggill guru dengan nama depan lebih banyak dilakukan di sekolah-sekolah dasar, ketimbang di sekolahÂ
Advertisement