Liputan6.com, Washington DC - Sebuah dokumen yang baru dirilis pada awal tahun 2018 lalu menguak data tentang skema investasi yang dilakukan oleh puluhan firma pengelola keuangan raksasa ternama dunia terhadap produsen dan pengembang senjata pemusnah massal dan senjata nuklir dari sejumlah negara.
Dokumen bernama "Don't Bank on the Bomb" yang ditulis oleh International Campaign to Abolish Nuclear Weapon (ICAN) itu mencakup data investasi yang dilakukan sejumlah perusahaan pengelola dana dan firma yang bergerak di bidang keuangan yang tercatat dari Januari 2014 hingga Oktober 2017.
Advertisement
Baca Juga
Laporan itu menyebut, dana sekitar US$ 525 miliar dikelola oleh 329 investor signifikan, mencakup 'firma perbankan, asuransi, pensiun, dan manajemen aset dari 24 negara', yang secara signifikan berinvestasi pada 20 produsen dan pengembang senjata nuklir dan pemusnah massal. Demikian seperti dikutip dari Business Insider Singapore (6/3/2018).
Dokumen tersebut menyebut 20 nama firma finansial top dunia.
Pada peringkat 1 - 10 ada Blackrock, Capital Group, Vanguard, State Street, JP Morgan Chase, Bank of America, Citigroup, Evercore, Welss, Fargo, dan Goldman Sachs.
Sementara itu, pada peringkat 11 - 20 ada Morgan-Stanley, Wellington Management, T.Rowe Price, Fidelity Investment, BNP Paribas, Mitsubishi UFJ Financial, Credit Agricole, Barclays, Sun Life Financial, dan Deutsche Bank.
Blackrock Investment and Financial Planning dari Amerika Serikat, yang duduk di pucuk, dilaporkan menginvestasikan dana sekitar US$ 38 miliar kepada perusahaan yang bidang usahanya meliputi pembuatan atau pengembangan senjata nuklir dan pemusnah massal.
JP Morgan Chase dari Amerika Serikat, yang duduk di peringkat 5, dilaporkan menginvestasikan dana sekitar US$ 27 miliar.
Mitsubishi UFJ Financial dari Jepang, yang duduk di peringkat 16, dilaporkan menginvestasikan dana sekitar US$ 8 miliar.
Seperti dikutip dari Business Insider Singapore, berbagai firma keuangan itu tak memberikan komentar seputar laporan dokumen terkait investasi kepada produsen senjata nuklir tersebut.
Perusahaan Penerima Kucuran Investasi
Dokumen tersebut juga menyebut 20 nama perusahaan -- yang bidang usahanya turut meliputi produksi senjata nuklir dan pemusnah massal -- penerima kucuran dana dari 20 firma keuangan di atas.
Pada peringkat 1 - 10, produsen itu meliputi; Boeing, Honeywell International, Lockheed-Martin, General Dynamics, Northrop Grunman, Airbus Group, BAE Systems, Aecom, Safran, dan Fluor.
Sedangkan pada peringkat 11 - 20 ada Larsen & Toubro, Jacobs Engineering, Huntington Ingalls Industries, Orbital ATK, Bechtel,BWX Technologies, Thales, Serco, Aerojet Rocketdyne, dan CH2M Hill.
Boeing dari Amerika Serikat, yang duduk di pucuk, menerima total dana investasi -- dari berbagai firma keuangan swasta seperti yang disebutkan di atas, juga dari pemerintah -- senilai US$ 87 miliar.
Larsen & Toubro dari India, yang duduk di peringkat 11, menerima total dana investasi senilai US$ 16 miliar.
Sementara Thales dari Prancis, yang duduk di peringkat 17, menerima total dana investasi senilai US$ 5 miliar.
Dokumen tersebut menguak fakta yang mengejutkan mengenai skema investasi miliaran dollar yang dilakukan terhadap firma pengelola keuangan terhadap perusahaan yang bidang usahanya meliputi produksi senjata pemusnah massal dan nuklir.
Namun, dokumen tersebut tidak merinci dan memilah seberapa banyak dana yang benar-benar dialokasikan oleh perusahaan produsen untuk membuat senjata nuklir dan pemusnah massal -- mengingat perusahaan seperti Boeing dan kawan-kawan turut memproduksi benda-benda lain yang bersifat non-militeristik menggunakan dari dana investasi tersebut.
Seperti dikutip dari Business Insider Singapore, berbagai seluruh perusahaan itu tak memberikan komentar terkait laporan dokumen tersebut.
Di sisi lain, saat dihubungi oleh Business Insider Singapore, Honeywell International menolak mengomentari secara khusus laporan tersebut. Namun, Honeywell mengarahkan agar media dan publik merujuk data keuangan yang dirilis resmi oleh pihak perusahaan.
Advertisement
Mendorong Nonproliferasi Nuklir
Dalam kata sambutan dokumen "Don't Bank on the Bomb", Beatrice Fihn, Direktur Eksekutif International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) sekaligus pemenang Nobel Perdamaian 2017 mengimbau agar berbagai pihak menyadari skema investasi semacam itu dan melakukan divestasi terhadap perusahaan-perusahaan tersebut.
"Dengan melakukan divestasi dari produsen senjata nuklir, kita dapat mempersulit orang-orang yang mendapatkan keuntungan dari senjata pemusnah massal dan mendorong mereka untuk menghentikan produksi senjata nuklir dari strategi bisnis mereka."
"Senjata nuklir, seperti senjata pemusnah massal lainnya, sekarang dilarang oleh perjanjian internasional," kata Fihn
Komentar Fihn mengacu pada Traktat Larangan Senjata Nuklir - sebuah larangan mengikat secara hukum yang diloloskan PBB pada bulan Juli 2017. (Amerika Serikat dan delapan negara pemilik senjata nuklir lainnya belum menandatangani atau meratifikasi perjanjian tersebut).