India Selangkah Lagi Beli Sistem Pertahanan Udara Rusia, Berpaling dari AS?

Sebelum India, Turki telah lebih dulu mencapai kesepakatan pembelian sistem pertahanan udara Rusia, S-400.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 06 Apr 2018, 10:30 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2018, 10:30 WIB
Sistem Pertahanan Udara Rusia S-400
Sistem Pertahanan Udara Rusia S-400 (Aleksandr Nemenov/AFP)

Liputan6.com, New Delhi - Menteri Pertahanan India mengunjungi Moskow pekan ini untuk menyelesaikan pembelian sistem pertahanan rudal Rusia.

Potensi jual beli senilai US$ 6 miliar ini mencuat di tengah kabar bahwa Amerika Serikat akan kembali menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Sementara, di lain sisi, Washington juga sedang berusaha membangun aliansi militer dengan India.

Seperti dikutip dari nytimes.com, Jumat (6/4/2018), para pejabat India mengatakan, perjanjian itu dapat diselesaikan dalam pekan ini. Negeri Hindustan diketahui membeli lima S-400 Triumf, sistem pertahanan udara tercanggih milik Rusia yang anti-pesawat, anti-rudal balistik, dan anti-rudal jelajah.

Jika pembelian ini benar-benar terjadi, pemerintah Amerika Serikat dinilai memiliki pilihan, yakni "menghukum" India atau menutup mata, demi menghindari memburuknya hubungan kedua negara.

Amerika Serikat tengah berupaya menjadikan India sebagai sekutu strategis dan "pagar" terhadap ekspansi militer China. Washington disebut-sebut mendekati India secara agresif. Bahkan kontraktor pertahanan Amerika Serikat, Lockheed Martin, pada Musim Panas 2017, dikabarkan menawarkan jual beli jet tempur F-16.

"Dalam beberapa tahun terakhir, Anda telah menyaksikan transisi besar di mana peralatan lebih banyak dibeli dari Amerika Serikat. Itu karena Amerika Serikat menginginkan hubungan yang lebih dekat dengan India dan kesepakatan pertahanan pada dasarnya merupakan kesepakatan diplomatik," ujar Shailesh Kumar, Direktur Asia dari Eurasia Group, seperti dilansir nytimes.com.

Ia berpendapat, Amerika Serikat tidak akan menjatuhkan sanksi terhadap India atas pembelian S-400 Triumf. "Terlalu banyak yang dipertaruhkan dalam hubungan bilateral. Jika Amerika Serikat menjatuhkan sanksi, itu akan merusak niat baik mereka yang telah berupaya membangun hubungan dengan India selama dua dekade terakhir".

Pasca-tudingan intervensi Rusia dalam pilpres Amerika Serikat, Washington telah menjatuhkan sanksi terhadap Moskow. Belakangan, tekanan meningkat menyusul terjadinya upaya pembunuhan terhadap agen ganda, Sergei Skripal, dan putrinya, Yulia, di Salisbury, Inggris.

Menyangkut sanksi terbaru, sejumlah pejabat Amerika Serikat mengatakan kepada Reuters bahwa sanksi tambahan terhadap Rusia paling cepat akan diumumkan pada Kamis waktu setempat.

"Kami sedang terlibat dengan sejumlah negara untuk mencegah akuisisi pertahanan di masa depan, dan Menteri Luar Negeri akan mengambil tindakan yang tepat...," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat melalui email. Namun, ia tidak menjelaskan tindakan apa yang akan diambil Washington jika kesepakatan jual beli antara India dan Rusia selesai.

 

Saksikan video pilihan berikut:

India lebih memilih Rusia?

S-400 Triumph adalah salah satu sistem misil antipesawat yang ditempatkan untuk melindungi Moskow (RBTH Indonesia)
S-400 Triumph adalah salah satu sistem misil antipesawat yang ditempatkan untuk melindungi Moskow (RBTH Indonesia)

Pembelian sistem pertahanan udara S-400 Triumf oleh India sempat tertunda selama satu tahun terakhir karena persoalan harga. Namun, seorang pejabat di Kementerian Pertahanan pada Kamis mengatakan, negosiasi tengah berlangsung di Moskow.

Potensi pembelian sistem pertahanan udara milik Rusia yang oleh NATO dijuluki SA-21 Growler ini, dinilai menunjukkan ketergantungan berkelanjutan India pada perangkat militer Rusia di saat Amerika Serikat berusaha meningkatkan penjualan senjata ke Negeri Hindustan.

Penjualan di sektor militer dari Washington ke New Delhi meningkat dari nyaris nol pada satu setengah dekade lalu menjadi US$ 15 miliar pada hari ini. Selama lima tahun terakhir, Amerika Serikat naik ke posisi kedua sebagai pemasok senjata terbesar bagi India, tepat di belakang Rusia.

Menurut Stockholm International Peace Institute, Negeri Beruang Merah menyumbang 62 persen dari penjualan senjata ke India selama lima tahun terakhir.

Pejabat Amerika Serikat mengakui bahwa pasokan besar senjata Rusia ke India adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri. Namun, pembelian S-400 Triumf dilaporkan telah memicu kekhawatiran tersendiri bagi Washington, karena itu merupakan sistem senjata yang relatif baru dan canggih.

"Rusia marah pada India karena membeli banyak peralatan ke Amerika Serikat, India merupakan halaman belakang mereka (Rusia), jika menimbang setiap pembelian peralatan militer. Sekarang, India ingin kembali pada Rusia dan S-400 pun 'tengah dalam perjalanan'," tutur Rahul Bedi dari Jane's Information Group.

Pekan depan, India akan menjadi tuan rumah pameran pertahanan. Sejumlah produsen senjata global pun diundang untuk memamerkan produk mereka. Amerika Serikat dan Rusia dikabarkan sama-sama mengirim delegasi resmi.

Jika kesepakatan pembelian S-400 Triumf antara Rusia dan India gagal mencapai kesepakatan maka tidak menutup kemungkinan India akan melirik sistem pertahanan rudal Patriot milik Amerika Serikat yang diproduksi Raytheon. Namun, Bedi meragukan opsi tersebut.

"India tidak terlalu terkesan dengan Patriot jika dibandingkan dengan S-400 Triumf. Sistem pertahanan milik Rusia lebih efisien. Tapi bagaimanapun India sangat membutuhkannya (sistem pertahanan udara), ada cukup banyak pilihan di atas meja untuk dicoba," ungkap Bedi.

Selain India, salah satu anggota NATO, Turki, juga melirik sistem pertahanan udara S-400. Bedanya, Turki dan Rusia telah mencapai kesepakatan.

Dalam konferensi pers yang dihadiri Presiden Vladimir Putin dan Presiden Recep Tayyip Erdogan di Ankara beberapa hari lalu disebutkan bahwa pengiriman S-400 Triumf akan dipercepat. Kendati demikian, tidak disebut rincian waktunya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya