Liputan6.com, Moskow - Dalam parade militer untuk memeringati kemenangan Tentara Merah Uni Soviet atas Nazi Jerman, Rusia memamerkan sejumlah persenjataan tercanggihnya, termasuk rudal nuklir.
Peringatan tahunan Hari Kemenangan jatuh setiap 9 Mei.
"Perdamaian sangat rapuh," ujar Presiden Rusia Vladimir Putih membuka para militer tersebut seperti dikutip dari The Guadian, Kamis (10/5/2018).
Advertisement
Parade militer tersebut turut menampilkan pesawat tempur siluman terbaru jenis SU-57, yang belum lama ini dikerahkan ke Suriah.
Sekitar 27 juta tentara dan warga Soviet tewas dalam Perang Dunia II. Peringatan Hari Kemenangan ini merupakan salah satu hari libur nasional di Negeri Beruang Merah. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kritikus menuduh Kremlin memanfaatkan libur Hari Kemenangan untuk mendorong nasionalisme agresif.
Baca Juga
Perangkat keras militer lainnya yang dipamerkan dalam parade militer tersebut adalah rudal hipersonik baru, yang disebut Kinzhal. Putin mendeskripsikan rudal tersebut "tak terkalahkan". Selain itu, terdapat pula rudal balistik YARS, yang dapat membawa 10 hulu ledak nuklir dalam jarak hingga 7.500 mil.
Moskow pun memamerkan kendaraan tempur tanpa awak, Uran-9, dan sistem rudal anti-pesawat S-400.
Saksikan video pilihan berikut ini:
PM Israel Hadir dalam Parade Militer Rusia
Di antara sejumlah tamu asing di parade militer Hari Kemenangan itu adalah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ia dikabarkan membawa agenda koordinasi militer pasca-serangan udara di Suriah. Damaskus menuding serangan tersebut didalangi Tel Aviv.
Sembilan orang dilaporkan tewas ketika rudal menghantam depot dan peluncur roket di Kiswah yang diduga milik Pasukan Garda Revolusi Iran. Demikian laporan Observatorium Suriah yang bermarkas di Inggris.
Sebelum terbang ke Moskow, Netanyahu mengatakan, "Mengingat apa yang saat ini terjadi di Suriah, perlu untuk memastikan koordinasi yang berkelanjutan antara militer Rusia dan Suriah."
Netanyahu sama sekali tidak menyinggung serangan terbaru ke Suriah.
Rusia sendiri telah berjanji akan memasok sistem pertahanan udara ke Suriah, yang diyakini kuat jenisnya adalah peluru kendali darat ke udara S-300.
Israel telah melakukan puluhan serangan pengeboman terhadap sejumlah sasaran di Suriah sejak perang sipil dimulai pada 2011. Israel juga telah berjanji untuk menargetkan sistem pertahanan anti-pesawat yang dipasok Rusia jika mereka dikerahkan untuk melawan jet-jet tempur Israel.
"Jika seseorang menembak pesawat kami, kami akan menghancurkan mereka," ungkap Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman bulan lalu.
Sementara itu, pengumuman Donald Trump pada Selasa, 8 Mei 2018, soal penarikan Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir Iran dikabarkan telah memicu ketidakpastian dan mengancam munculnya lebih banyak kerusuhan di Timur Tengah.
Advertisement