Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara telah menutup dan menghancurkan situs uji coba nuklir Punggye-ri pada 24 Mei 2018. Situs itu dihancurkan dengan menggunakan bom yang dipasang di beberapa titik.
Pihak Korea Utara tak menjelaskan detail prosesi dan banyaknya bangunan yang dihancurkan. Namun, CNN (25/5/2018) menyebut, militer Korut mengebom tiga dari empat terowongan tes nuklir (terowongan 2, 3, dan 4), sebuah bangunan observasi, sebuah fasilitas pengecoran baja, dan sebuah barak petugas. Tak jelas apakah terowongan 1 turut dihancurkan.
Advertisement
Baca Juga
Korea Utara secara khusus mengundang para media internasional untuk meliput penghancuran Punggye-ri. Meski hal itu dinilai sebagai sebuah gestur positif, keputusan Korut untuk tidak mengundang badan pemantau energi atom internasional (IAEA) sedikit menuai kecurigaan.
Dalam sebuah video yang menampilkan prosesi penghancuran Punggye-ri, terlihat bahwa bom yang meledak mengakibatkan lanskap situs tersebut -- yang merupakan kumpulan bukit -- mengalami longsor dan ambruk.
Selain itu, terlihat pula sebuah terowongan yang digunakan sebagai akses untuk menuju lokasi tes bawah tanah menyemburkan asap dan serpihan tanah saat bom meledak.
Seketika, terowongan itu akhirnya roboh dan tertimbun pohon serta lapisan tanah di atasnya.
Cuplikan lain menunjukkan penghancuran kompleks bangunan di atas tanah yang diduga berfungsi sebagai barak petugas, fasilitas observasi, dan pabrik pengecoran baja. Tiga fasilitas itu dihancurkan dengan bom hingga rata dengan tanah.
Seorang wakil direktur lembaga penelitian nuklir Korea Utara, yang menolak menyebutkan namanya, berbicara kepada wartawan di Punggye-ri, "Pembongkaran uji coba nuklir yang dilakukan dengan tingkat transparansi yang tinggi telah jelas membuktikan upaya proaktif dan cinta damai dari pemerintah DPRK (nama resmi Korut)," katanya setelah ledakan, mengacu pada Korea Utara.
Korea Utara melakukan enam uji coba nuklirnya di situs bawah tanah Punggye-ri. Uji coba pertama kali terjadi pada 2006, yang kala itu mendemonstrasikan bom nuklir berkekuatan kecil, sekitar 1-2 kiloton.
Sementara itu, uji coba terakhir Korea Utara terjadi tahun lalu dan menghasilkan kekuatan nyaris 250 kiloton.
Ada laporan bahwa uji coba terakhir di Punggye-ri yang dilakukan pada September 2017 itu telah memicu runtuhnya salah satu terowongan sehingga tak dapat digunakan.
Berikut video proses penghancuran situs uji coba nuklir Punggye-ri Korea Utara:
Para Ahli Skeptis
Sebelum ledakan pada hari Kamis, para ahli telah memeringatkan bahwa pengeboman atas terowongan itu dapat menghancurkan bukti berharga tentang keadaan program senjata Korea Utara.
Para ahli mengatakan kepada CNN bahwa mereka ingin mengambil sampel, serta menghitung jumlah radiasi untuk menilai tingkat di atmosfer.
Sementara itu para analis juga menilai skeptis atas proses penghancuran Punggye-ri.
Chang-Hoon Shin, peneliti senior untuk Korea Institute for Maritime Strategy, mengatakan kepada CNN, "Jika Korea Utara ingin menunjukkan bahwa mereka sungguh-sungguh bersikap transparan atas penghancuran Punggye-ri, mereka seharusnya mengundang para ahli ke situs tersebut."
Srinaman Sitaraman, seorang profesor ilmu politik di Clark University dan ahli tentang Korea Utara, mengatakan bahwa prosesi pada Kamis lalu tidak berarti bahwa Pyongyang menyerahkan persenjataan nuklirnya.
"Menutup situs tes itu mungkin hanya menunjukkan bahwa Korea Utara tidak akan melakukan uji coba lagi di situs itu," katanya.
"Menutup situs itu juga tak mencerahkan publik tentang keadaan rudal balistik Korea Utara, terutama Hwasong-15 ICBM," tambahnya, mengacu pada rudal antarbenua Korea Utara yang diuji untuk pertama kalinya November lalu.
Donald Trump Batalkan Pertemuan dengan Kim Jong-un
Sementara itu, beberapa jam usai situs Punggye-ri dihancurkan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan, pertemuannya dengan Kim Jong-un batal dilaksanakan. Semula, presiden Amerika Serikat dan pemimpin Korea Utara itu dijadwalkan akan bertemu pada 12 Juni 2018 di Singapura.
Trump membatalkan rencana pertemuan itu lewat sebuah surat resmi bertanda Gedung Putih yang ia tandatangani sendiri. Surat itu dirilis pada Kamis, 24 Mei 2018.
"Saya sangat menanti untuk bertemu dengan Anda (Kim Jong-un). Sayangnya, mengingat betapa besar kemarahan dan sikap bermusuhan yang Anda tunjukkan lewat pernyataan terbaru Anda, saya merasa, untuk saat ini, rencana pertemuan itu tak layak dilakukan," tulis Trump dalam surat tersebut, seperti dikutip dari BBC.
Belakangan, ketidaksepakatan antara AS-Korea Utara soal denuklirisasi dan perlucutan senjata nuklir di Semenanjung Korea disebut-sebut telah menjadi penyebab utama yang membuat kedua pemimpin urung untuk bertemu.
"Anda bicara tentang kapabilitas nuklir Anda, tapi (nuklir) milik kami sangat kuat dan besar. Saya berdoa kepada Tuhan untuk tidak pernah menggunakannya," tulis Donald Trump.
Advertisement