Liputan6.com, London - Menurut penelitian terbaru, nenek moyang burung modern kemungkinan selamat dari serangan asteroid raksasa yang menghantam Bumi di era prasejarah.
Teori baru yang didasarkan pada studi terhadap fosil tumbuhan dan data ornitologi, membantu menjelaskan bagaimana burung mendominasi ekosistem di Bumi.
Ornitologi adalah ilmu pengetahuan tentang burung, termasuk deskripsi dan klasifikasi, penyebaran, dan kehidupannya.
Advertisement
Dikutip dari BBC, Jumat (25/5/2018), dampak tabrakan asteroid yang terjadi 66 juta tahun lalu, merusak sebagian besar hutan prasejarah.
Sebagian besar leluhur burung diketahui memiliki habitat di daratan, sehingga memungkinkan banyak populasinya selamat dibandingkan fauna yang menjadikan pepohonan sebagai "rumah utama".
Mereka kemudian bertahan hidup mengikuti tahapan pemulihan flora yang rusak, termasuk pada pepohonan yang kembali tumbuh dalam periode waktu ribuan tahun setelahnya.
Baca Juga
Menurut Dr Daniel Field dari Milner Center for Evolution di University of Bath, Inggris, lelulur burung modern berukuran relatif kecil dan bisa terbang, tapi dalam durasi singkat.
"Pemulihan pohon-pohon pembentuk kanopi seperti palem dan pinus terjadi dalam proses waktu yang lama, di mana bertepatan dengan evolusi dan ledakan keragaman burung yang hidup di pohon," tulis laporan yang dimuat di jurnal Current Biology.
Para peneliti menemukan bahwa begitu hutan pulih, burung mulai beradaptasi dengan hidup di pepohonan, memperoleh kaki yang lebih pendek daripada nenek moyang yang tinggal di darat dan berbagai spesialisasi untuk bertengger di dahan.
Seiring berjalannya evolusi, terjadi diversifikasi pada ragam spesies burung, seperti misalnya burung unta, ayam, bebek, dan aneka unggas darat lainnya.
Â
Simak video pilihan berikut:
Â
Â
Teori Baru Kepunahan Dinosaurus
Serupa dengan pembahasan di atas, banyak peneliti kini meyakini bahwa kepunahan dinosaurus juga turut disebabkan oleh tabrakan asteroid raksasa.
Benda asing ini memusnahkan hewan purbakala dari klan Dinosauria dan memicu serangkaian letusan dahsyat gunung berapi di darat dan bawah laut.
Sekitar 66 juta tahun lalu, sebuah asteroid dengan diameter 9,5 km menabrak Bumi, menciptakan kawah Chicxulub di Semenanjung Yucatan di Meksiko, dan memicu kematian masif. Akibatnya, Bumi dihujani partikel-partikel super panas dari asteroid tersebut.
Kebakaran luas menjalar di sebagian besar belahan dunia dan meningkatkan suhu permukaan.
Kala itu, Bumi ditutupi oleh awan panas dari partikel-partikel tersebut, menghalangi sinar matahari sehingga tak ada cahaya mentari yang masuk. Langit gelap, Bumi pun berubah jadi dingin -- setidaknya 25 derajat Celsius selama beberapa tahun berturut-turut, kata para ilmuwan.
Tabrakan antara Bumi dan asteroid menciptakan gempa mengerikan. Ilmuwan menyimpulkan, kekuatan guncangan mencapai 100 kali lebih kuat, bila dibandingkan dengan gempa terbesar yang pernah terjadi pada zaman modern.
Bencana ini ternyata telah membunuh tiga perempat kehidupan di Bumi, terutama makhluk hidup dan tanaman di daratan.
Advertisement