Liputan6.com, Washington DC - Koko, gorila penyayang kucing asal dataran rendah Afrika Barat, yang juga dikenal tertarik belajar bahasa isyarat, menghembuskan napas terakhirnya pada usia 46 tahun.
The Gorilla Foundation mengumumkan kematian Koko, dengan mengatakan bahwa dia akan "sangat dirindukan."
"Koko menyentuh kehidupan jutaan orang sebagai duta untuk semua gorila, serta ikon untuk komunikasi antarspesies dan empati," tulis yayasan itu dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip dari Time.com pada Jumat (22/6/2018).
Advertisement
Lahir pada 4 Juli 1971 di Kebun Binatang San Francisco, Koko awalnya bernama Hanabi-ko, yang diterjemahkan menjadi "anak kembang api" dalam bahasa Jepang, karena bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Amerika Serikat (AS).
Ketika Koko berusia sekitar satu tahun, ia mulai belajar bahasa isyarat dari Dr Francine "Penny" Patterson, yang tetap menjadi pelatihnya sepanjang hidup.
Selama bertahun-tahun, Koko mampu memahami dan menggunakan lebih dari seribu tanda isyarat yang berbeda. Salah satu 'kode' yang paling terkenal adalah ketika gorila cerdas itu meminta dihadiahi seekor kucing pada Natal tahun 1983 silam.
Baca Juga
Peneliti awalnya memberi Koko boneka binatang, tetapi ia tidak mau bermain dengannya, dan terus menerus menunjukkan isyarat "sedih."Â
"Dia sangat kesal," kata Ron Cohn, seorang ahli biologi dari The Gorilla Foundation, dalam sebuah wawancara dengan harian Los Angeles Times pada 1985.
Untuk ulang tahunnya kala itu, para peneliti membawakannya anak kucing dan membiarkannya memilih salah satu. Koko memilih seekor kucing abu-abu dan putih yang ia beri nama "All Ball".
Dia memperlakukan kucing seperti salah satu dari spesienya sendiri, yakni membawanya seperti bayi dan bahkan mencoba untuk merawatnya seperti anak kandung.
"Mereka selalu bermain mengejar satu sama lain, dan dia (Koko) akan memegangnya lalu menimangnya," kata Cohn.
"Kucing itu bereaksi padanya, karena Koko terlihat seperti manusia, tapi dia (All Ball) cukup mandiri dan akan menggigit Koko atau meronta ketika dia bosan," lanjut Cohn mengenang.
All Ball secara tragis ditabrak mobil sekitar enam bulan kemudian, dan reaksi Koko sekali lagi membuat para peneliti tertegun.
"Dia mulai merengek, seperti suara berseru namun berbeda, yang dibuat gorila ketika mereka sedih. Kami semua mulai menangis bersama," kenang Cohn kepada LA Times.
Semenjak kepergian All Ball, sang gorila cerdas terus merawat banyak kucing di sepanjang hidupnya. Bahkan, kisah uniknya itu sempat diabadikan oleh pelatihnya, Dr Francis Patterson, dalam sebuah buku berjudul "Koko's Kitten".
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Berteman dengan Selebritas
Koko menjadi nama yang sangat populer ketika pada 1978, sosoknya menghiasi halaman sampul salah satu edisi majalah National Geographic. Dalam foto tersebut, sang gorila cerdas tampak memeluk seekor kucing dengan penuh kasih sayang.
Koko kembali menghiasi halaman sampaul majalah National Geographic pada 1985.
Selain memiliki banyak teman kucing, Koko juga dikenal memiliki beberapa kawan dari kalangan selebritas, seperti beberapa di antaranya adalah mendiang aktor Robin Williams dan Seth Rogers.
Dalam sebuah pertemuan santai di tahun 2001 silam, Koko dan Robin Williams tampak akrab bercengkerama. Mereka saling menggelitik dan bercanda. Sang gorila cerdas sempat merebut kaca mata hitam milik Williams, dan kemudian mengenakannya.
Robin Williams menyebut pertemuannya dengan Koko merupakan sebuah momen "luar biasa dan tak akan terlupakan".
Ketika Koko diberitahu bahwa Williams meninggal pada tahun 2-16, reaksinya sekali lagi menjadi viral ketika foto-foto menunjukkan dia tampak sangat emosional.
"Dia menjadi sangat sedih," tulis Dr Patterson menulis di situs web The Gorilla Foundation.
Pada hari Kamis, 21 Juni 2018, penghargaan terhadap eksistensi Koko dicurahkan di media sosial, dengan banyak warganet yang mengingat kebaikan dan empatinya.
Advertisement